Baru saja beberapa hari lalu, tepatnya Rabu, 28 April 2021, berlangsung pelantikan menteri pada kabinet Bapak Presiden Joko Widodo. Dua menteri dilantik, terdiri dari Bapak Bahlil Lahadalia sebagai Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dan Bapak Nadiem Makarim Anwar sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Kementerian yang dipimpin Bapak Nadiem merupakan peleburan dari dua kementerian lama, yaitu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Riset dan Teknologi. Banyak yang berharap, pendidikan semakin terfokus maju dengan peleburan ini.
Hari Pendidikan Nasional
Tidak lama kemudian, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), pada Minggu, 2 Mei 2021, sehari tepat setelah Hari Buruh, 1 Mei 2021. Berdasarkan sumber, sejarah mencatat, 2 Mei adalah tanggal kelahiran tokoh pendidikan nasional, Bapak Ki Hajar Dewantara.
Beliau sepanjang hidupnya telah memperjuangkan hak belajar kaum pribumi pada masa penjajahan Belanda, dengan mendirikan lembaga Taman Siswa di Yogyakarta.
Tema Hardiknas tahun 2021 adalah "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar". Merdeka Belajar merupakan tema besar dari kebijakan pendidikan yang dicetuskan Bapak Nadiem Makarim di awal kepemimpinannya.
Banyak pihak terlibat. Banyak dukungan diperlukan. Semua semata-mata demi kemajuan pendidikan Indonesia.
Peran penulis untuk kemajuan pendidikan
Apakah kita harus jadi guru dulu untuk menyumbang pemikiran? Apakah kita menunggu tersemat gelar tinggi dulu, baru memberikan kontribusi? Memang, salah satu cara demikian. Tetapi, cukup makan waktu. Tidak semua orang juga tertarik untuk itu.
Kita tahu, semua bidang mata pelajaran, disampaikan lewat bahasa. Bahkan, ilmu menggambar, mencorat-coret di atas kanvas, bisa dimengerti juga hanya dengan bahasa.
Sebagai penulis, yang sehari-hari menulis artikel, berhubungan erat dengan bahasa Indonesia, kita bisa berperan. Lebih praktis pula, didukung kemajuan teknologi dan gawai yang pesat. Dalam hitungan detik dan sekali klik, orang bisa beroleh informasi begitu cepat. Kita menyediakannya, lewat artikel daring.
Membentuk pola pikir kritis
Dalam membabar masalah dan menganalisisnya, tentu kita sebisa mungkin menjawab enam pertanyaan yang berpotensi membentuk kesimpulan, seperti apa, mengapa, di mana, kapan, siapa, dan bagaimana.
Semua dijawab secara masuk akal, merujuk pada data dan fakta, sehingga pendapat yang disimpulkan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Bila terbiasa membaca artikel seperti ini, pembaca secara tidak sadar juga ikut berpikir kritis.
Membiasakan berbahasa yang benar
Penulis adalah pejuang literasi. Baris terdepan dalam melestarikan bahasa. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar sesuai kaidah kebahasaan, meliputi Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia.
Dengan menyajikan artikel berbahasa benar, tanpa gaul apalagi tercampur berantakan dengan bahasa asing, penulis sudah membantu dan membiasakan pembaca belajar bahasa Indonesia. Kalau terus-menerus, ada kemungkinan memengaruhi pembaca dalam menulis. Mereka juga ikut tertata bahasanya.
Meningkatkan budaya baca
Semakin banyak menulis, tentu karena semakin banyak membaca. Tidak mungkin, menulis hanya dari pengalaman. Pesan moral dari pelajaran kehidupan memang tersampaikan, tetapi tata bahasa belum tentu apik. Sesekali pula, tulisan perlu menyertakan rujukan ilmiah, yang kita tahu hanya karena membaca.
Kita sebagai penulis wajib meningkatkan kemampuan menulis dengan membaca. Jika tiap-tiap penulis terus membaca dan setia menulis, secara langsung berkontribusi meningkatkan budaya baca negeri ini.
Menambah bahan bacaan
Bila tergerak, dapat pula disumbangkan ke perpustakaan di daerah, semisal sekolah. Dengan adanya bahan bacaan yang semakin banyak dan bervariasi jenisnya, sedikit banyak bisa menarik minat orang-orang untuk membaca.
Terakhir, ada andil penting para penulis di sini. Menyebarkan berita sesuai fakta, tanpa mengaburkan sedikit pun cerita, wajib dilakukan dalam setiap artikel yang diterbitkan.
Penulis juga dapat mengagihkan artikel untuk mengkritisi berita-berita hoaks, sekaligus memberitahukan mana yang benar dan seyogianya dibaca. Tepislah hoaks dengan artikel berkualitas dan kritis.
Wasana kata
Harapan tinggal harapan jika tidak diwujudkan. Bukan besok atau lusa, namun sekarang. Jika penulis menulis dan membaca hari demi hari, menyajikan artikel berkualitas untuk pembaca, secara perlahan dunia pendidikan mengalami kemajuan.
Mungkin tidak langsung terukur. Tetapi, dengan peredaran artikel hoaks yang berpotensi berkurang -- karena kita tidak menambahinya, pola pikir pembaca yang terbentuk semakin kritis, pengulasan materi dalam tulisan yang kian tajam, setidaknya dapat berkontribusi memandaikan sebagian masyarakat.
Masyarakat tidak mudah termakan hasutan. Tidak mudah pula terprovokasi kebohongan. Semakin pintar memilih dan memilah sumber tulisan tepercaya. Otomatis, terjadi perbaikan kualitas dalam pendidikan baca tulis di Indonesia.
Selamat memperingati Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2021. Semoga, dunia pendidikan Indonesia pada umumnya terus berkembang, dan dunia literasi pada khususnya semakin terbangun apik dan kokoh.
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
...
Jakarta
2 Mei 2021
Sang Babu Rakyat
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI