Bahasa Inggris dipahami lebih bermanfaat untuk masa depan. Kita tidak bisa menyangkal. Kenyataannya, les atau kursus Bahasa Inggris lebih banyak diadakan dan mampu menarik minat orang-orang, daripada les Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia kok perlu les?
Pandai Berbahasa Indonesia Tidak Keren
Bisa berbahasa Indonesia baik dan benar? Sesuai kaidah dan Kamus Besar Bahasa Indonesia? Tidak banyak yang berbangga dengan itu. Terlihat kaku dan tidak gaul. Dalam hubungan pertemanan, mungkin kita akan dipandang aneh. "Kamu sedang ngajar bro?" celetuk seorang teman.
Sebaliknya, bercakap dengan bahasa Inggris dipandang hebat. Baik baku maupun tidak baku, resmi atau pergaulan sehari-hari dari berbagai negara, itu keren. Betul tidak?
Atau sebetulnya, kita yang tidak bangga berbahasa Indonesia? Padahal negara kita termasuk salah satu negara yang punya bahasa sendiri, bukan bahasa negara yang pernah mendiami, seperti Jepang, Inggris, dan Belanda.
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud meremehkan Bahasa Indonesia. Bahkan, saya terpukau dengan kekayaan Bahasa Indonesia.Â
Sejak saya menulis cerpen-cerpen adalah wujud saya mencintai Bahasa Indonesia, saya kerap membuka kamus Bahasa Indonesia. Belajar menyusun paragraf, menggunakan tanda baca dengan tepat, dan menulis kalimat langsung dan tidak langsung.
Hei, itu tidak mudah, Saudara! Begitu rumit. Apalagi kalau sudah masuk sastra. Belajar majas, perumpamaan, peribahasa, dan lainnya yang begitu indah dan keren itu.Â
Nah, sudahlah wajar, dengan alasan dan anggapan di atas, yang membuat murid-murid tidak belajar Bahasa Indonesia dengan serius, padahal materinya begitu rumit, mereka sulit mendapat nilai seratus.
Akhir kata, marilah kita mencintai Bahasa Indonesia. Mari kita bangga dengan Bahasa Indonesia. Semoga suatu saat, Bahasa Indonesia bisa menjadi bahasa internasional. Amin.
"Bagaimana bro? Sulit soalnya?" kata seorang murid pada temannya, selepas keluar dari ruangan. Saat itu, ujian Bahasa Indonesia. Teman itu menggelengkan kepala. "Biasa saja," ujarnya.