Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pesan-pesan dalam Untaian Air Mata

11 April 2021   18:45 Diperbarui: 11 April 2021   19:24 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nak."

Terdengar suara ibu dari laki-laki itu. Seluruh jemaat bisa mendengar. Tidak biasanya percakapan itu dibesarkan. Saya juga heran, mengapa petugas itu memberikan mik padanya. Dari beberapa pernikahan yang pernah saya ikuti, biasanya orangtua malu dan tidak mau pesan rahasia mereka terdengar banyak orang.

"Jaga Andre, ya. Ibu serahkan dia padamu." Ibu itu memeluk menantunya.

Terdengar bunyi organ.

"... di doa ibuku, namaku disebut."

"Di doa ibuku dengar, hanya namaku disebut... "

Beberapa penyanyi gereja bernyanyi dengan berusaha begitu tenang. Satu dua suara terbata-bata. Pipi saya sudah basah. Saya selalu tidak kuat ketika lagu itu bergema. 

Saya selalu sulit percaya dan tidak pernah berhenti kagum, mengapa ibu selalu bisa setiap waktu mendoakan anak-anaknya, meskipun anak-anaknya kadang mengecewakan? Apakah ini perwujudan kasih Tuhan pada manusia?

Kali ini kedua mempelai bergeser ke kursi satunya, ke orangtua mempelai wanita. Ibu mempelai wanita itu menangis. Ia meraung-raung. Suara itu terdengar jelas lewat mik. Ada kesedihan yang melanda. Ada perpisahan yang begitu dalam terasa. Beberapa jemaat menangis semakin jadi.

"Nak, jangan lupa ya!"

Ibu itu mulai bicara. Suaranya sesenggukan. Sepertinya, dia begitu tidak rela kehilangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun