"Nak."
Terdengar suara ibu dari laki-laki itu. Seluruh jemaat bisa mendengar. Tidak biasanya percakapan itu dibesarkan. Saya juga heran, mengapa petugas itu memberikan mik padanya. Dari beberapa pernikahan yang pernah saya ikuti, biasanya orangtua malu dan tidak mau pesan rahasia mereka terdengar banyak orang.
"Jaga Andre, ya. Ibu serahkan dia padamu." Ibu itu memeluk menantunya.
Terdengar bunyi organ.
"... di doa ibuku, namaku disebut."
"Di doa ibuku dengar, hanya namaku disebut... "
Beberapa penyanyi gereja bernyanyi dengan berusaha begitu tenang. Satu dua suara terbata-bata. Pipi saya sudah basah. Saya selalu tidak kuat ketika lagu itu bergema.Â
Saya selalu sulit percaya dan tidak pernah berhenti kagum, mengapa ibu selalu bisa setiap waktu mendoakan anak-anaknya, meskipun anak-anaknya kadang mengecewakan? Apakah ini perwujudan kasih Tuhan pada manusia?
Kali ini kedua mempelai bergeser ke kursi satunya, ke orangtua mempelai wanita. Ibu mempelai wanita itu menangis. Ia meraung-raung. Suara itu terdengar jelas lewat mik. Ada kesedihan yang melanda. Ada perpisahan yang begitu dalam terasa. Beberapa jemaat menangis semakin jadi.
"Nak, jangan lupa ya!"
Ibu itu mulai bicara. Suaranya sesenggukan. Sepertinya, dia begitu tidak rela kehilangan.