diari, malam ini saya ingin cerita. Hari ini, saya begitu senang, buku Antologi Cerpen tunggal saya berjudul "Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden" (DJ) selesai cetak dan sampai di tangan.
HaiBuku ini berisi enam belas cerpen, yang semua ditorehkan pada tubuh sahabat terbaik saya, setelah KBBI. Kamu tahu siapa, Diari? Namanya Kompasiana. Media yang saya pilih untuk mencurahkan segala hasil pikir dan fantasi di kepala.
Tentu, sedalam-dalamnya ucapan terima kasih saya sampaikan melalui tulisan ini. Terutama kepada Admin, yang sudah setia menilai dan membubuhkan label pilihan pada tulisan saya.
Buku ini merupakan buku keempat saya, diterbitkan oleh Guepedia pada bulan April, sebanyak 152 halaman, dengan ISBN: 978-623-270-930-0. Kakak-kakaknya sudah duluan ada --"Juang" (JU), "Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan" (TR), dan "Kucing Kakak" (KK), dan semua pun mengabadikan torehan cerpen saya di Kompasiana.
Pasti, sebagai cerpenis, saya berharap buku terbaru lebih baik kualitasnya daripada pendahulunya. Dan itu, secara tidak saya sadari, ketika saya baca-baca ulang lagi dan bandingkan, ternyata benar, lebih baik.
Jumlah cerpen lebih sedikit
JU terdiri dari 35 cerpen, TR 22, KK 20, dan DJ 16. Total 93 cerpen telah dibukukan. Ada penurunan jumlah, bahkan lebih dari separuh dibanding buku pertama (JU). Tetapi, sudah bisa dibukukan.
Jumlah halaman lebih banyak
JU terdiri dari 162 lembar, TR 120, KK 120, dan DJ 152. Ada kenaikan jumlah, bila dibanding buku kedua dan ketiga. Berarti setiap cerpen lebih panjang narasinya. Untuk kualitas cerita, saya percaya pada label pilihan Admin dan jumlah pembaca pada setiap cerpen saya.
Saya jadi tahu, Diari, ternyata selama ini, hasil pembelajaran saya dari buku-buku Cerpen Pilihan Kompas yang sengaja saya kumpulkan, saya beli dengan uang yang cukup banyak -- saya tidak terlalu perhitungan untuk masalah ilmu, dan telah saya investasikan waktu untuk membacanya, berbuah manis.
Proses tidak mengkhianati hasil, bukan? Saya mengalaminya.
Saya bersyukur kepada Tuhan, otak saya masih baik dan mampu menyerap hasil pembelajaran. Saya bersyukur kepada-Nya pula, karena masih memberi kesehatan kepada Mama saya, yang senantiasa mendoakan saya.
Harapan ke depan, saya ingin dan terus mau berkontribusi untuk dunia literasi, khususnya di negara ini. Lewat cerpen, saya berjuang memperkenalkan keindahan dan kekayaan Bahasa Indonesia, yang sekarang mulai teriris dengan penggunaan bahasa gaul oleh anak muda kekinian. Saya betul-betul ingin menebarkan cinta kepada Bahasa Indonesia.
Oh iya, saya juga ingin berterima kasih kepada para Kompasianer yang berkenan membaca semua cerpen saya di sini. Baik yang memberi nilai, komentar apresiasi, maupun kritik. Saya tahu, semua itu bermaksud baik. Saya juga bingung, bila tidak ada yang memperlihatkan kesalahan saya.
Semoga dengan adanya buku ini, tetap menjaga semangat saya untuk menulis cerpen, dunia literasi Indonesia semakin maju, dan minat baca kian berkembang.
Demikian Diari, cerita saya hari ini. Selamat malam.
...
Jakarta
10 April 2021
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H