"Saya tidak lihat."
"Dari tadi tidak ada orang, Pak, lewat sini. Hanya kami bertiga."
"Baiklah. Kalau ketemu orang mencurigakan, kira-kira satu setengah meter tingginya, bertopi hitam, dan membawa tas kecil di pinggang, Bapak beri tahu kami ya!"
"Siap, Pak, siap!" serempak ketiga warga itu berujar. Penjaga keamanan itu bersama temannya kembali berlari dan terus mengejar.
Sial, pikir saya. Apakah hari ini bukan hari saya? Mengapa tindakan saya bisa ketahuan? Saya harus mengubah cara. Dengan melangkah perlahan seusai mengganti baju di belakang bak sampah, saya memasang muka tenang.
Betapa beruntung orang berduit itu. Kali lain pasti tidak akan lepas. Sampai di rumah, saya membuka pintu kamar. Saya merebahkan badan ke atas kasur.Â
Beberapa pasang mata yang terpajang di dinding masih ada yang bergerak-gerak. Dalam kotak kecil dan transparan, dengan plastik mika di sisi bagian depan, di atas papan-papan kayu yang tertancap kuat, saya bisa melihat sebagian ada yang memerah penuh urat-urat, sebagian menangis mengeluarkan air mata, sebagian lagi seperti tertutup berkedip-kedip.
Apakah mereka masih terpukau dengan pemandangan alam yang mereka lihat? Apakah mereka betul-betul tidak ingin melewatkan sedetik pun kesempatan menikmati pesona alam yang terus saja saya bilang tidak pernah terkalahkan dengan apa pun keindahan buatan tangan manusia?
Dari sepasang mata pada rak teratas itu, saya bisa melihat pemandangan air terjun Niagara itu. Salah satu pemandangan yang saya suka. Ketika saya sudah mulai bosan dan terkadang ingin sekali mengakhiri hidup yang selalu saja ada bejibun masalah ini, mata itu salah satu obat penghibur bagi saya.Â
Saya akan membuka kotak itu, melepas kedua mata saya, dan memasang sepasang mata itu pada lubang mata saya. Tangan saya pasti langsung memerah, karena berlumur darah segar.
Dalam sekejap, kisah dari orang yang punya mata itu, bersama ingatan-ingatan kesenangan di dalamnya, terputar jelas dalam otak saya. Saya tinggal duduk di atas kursi, dengan kedua tangan menyangga dagu di atas meja, lalu menikmati pemandangan itu, terkadang sampai berjam-jam.Â