Ketika namanya akan tersiar di media massa, tangan kanannya itu akan meracik berita sedemikian rupa tentangnya, sehingga yang keluar sebagai berita dan terbaca khalayak umum hanyalah prestasi-prestasi yang terus mengharumkan namanya.
Tangan kanannya itu begitu setia. Demikian pula tangan kirinya. Meskipun tidak tampak bersamanya dan si tangan kanan, konon tangan kirinya itu tetap ada di sekitarnya, tidak jauh darinya.Â
Dengan memegang senapan dan teropong, tangan kirinya akan mengamati orang-orang di sekitarnya, melihat gerakan wajah yang mencurigakan, yang berpotensi mengganggu keamanan dan mengancam keselamatannya.
"Kali ini, bunuh dia! Jangan biarkan hidup. Kau tahu kan caranya! Posisi penting ini harus saya dapatkan! Jangan sampai lepas!" katanya dengan memberi sebuah foto bergambar pesaingnya pada tangan kirinya. Setelah melihat foto itu, tangan kirinya terdiam. Seperti mengiyakan perintah atau kebingungan, tidak jelas maksud yang tersirat dalam heningnya.
Tidak seperti tangan kanan yang seolah-olah begitu "mulia" dalam bertindak, tangan kirinya mengerjakan perbuatan-perbuatan kotor yang sampai sekarang tidak pernah berhasil ditangkap. Karena masih dalam pencarian dan tidak bisa ditemukan bukti apa-apa, lelaki itu tidak bisa dituduh telah berbuat kejahatan. Namanya tetap baik berdasarkan aturan.
Kedua tangan itu, baik kanan maupun kiri, sama-sama mengerjakan perbuatan, satu baik satu kotor, dan berhasil membuatnya terus melenggang sampai perhelatan terakhirnya ini. Ia memang begitu ingin menempati posisi direktur utama di perusahaannya ini.
"Ibu yakin, mau bersaing?" tanya seorang ajudan pada tuannya di sebuah ruang sebuah perusahaan lain. Tuannya itu telah mengajukan diri untuk merebut kursi direktur itu.
"Slurrrpp"
Terdengar suara seruput kopi.
"Yakin."
"Ibu tahu kan, dia punya tangan kiri. Ibu tidak takut?"