“Kita mau ke mana Bu?" tanya Aksila.
“Ke Semarang, Nak.”
“Ke rumah siapa?”
“Budhe Rini.”
“Yeaaaaayyyy…jalan-jalan,” Aksila berteriak. Orang-orang di sekitar menengok. Sulastri tersenyum. Meskipun Aksila belum pernah bertemu Budhe Rini, ia merasa seperti ada kebahagiaan yang menanti di Semarang. Ia sungguh tidak sabar, ingin lekas-lekas sampai di sana. Pengalaman pertamanya jalan-jalan ini begitu menarik baginya.
Budhe Rini adalah kakak satu-satunya Sulastri. Ia punya tujuh anak. Suaminya seorang pegawai perusahaan swasta. Hidupnya lebih berkecukupan dibanding Sulastri.
“Salam buat Rini ya,” kata suami Sulastri. Dari dalam kereta, Sulastri dan Aksila melambai-lambaikan tangan. Sementara Aliska tidak mau keluar dari bajaj. Mukanya terus ditekuk. Ia begitu sedih, karena telah ditinggal kakak sepermainannya itu.
***
Selama di kereta, Aksila begitu aktif. Ia bernyanyi-nyanyi, berlarian di lorong, lalu bermain bersama seorang anak dari penumpang yang tidak dikenalnya. Mata Sulastri tetap awas menjaga.
“Kamu kalau sudah besar mau jadi apa?” tanya Sulastri pada Aksila yang sibuk menyantap sepotong kue di sebelahnya. Setelah bermain dan minum sebotol air, ia duduk di samping ibunya.
“Jadi dokter, Bu.”