"Diam anak setan!", "Bukan urusanmu anak jadah!", Sudah untung kamu kukasih makan dan kusekolahkan baik-baik, jangan cerewet kamu anak sialan!"
Kalimat di atas ada dalam studi kasus. Tidak perlu saya sebutkan marah, Anda pasti tahu emosi itu yang berusaha digambarkan kalimat itu.Â
Bila kita bunyikan, bayangkan, tidak mungkin nadanya datar. Pasti membentak. Dengan begitu, cerpen menjadi lebih hidup melalui suara kita. Kita juga lebih menikmati, karena dari situ muncul konflik yang tentu kita tunggu bagaimana penyelesaiannya.
Bacalah perlahan
Detail demi detail yang dikerjakan lakon seyogianya dibaca. Cerpen adalah kisah tentang kehidupan, apa yang dikerjakan, emosi yang digambarkan, dan akhir yang sebagian besar diharap mengejutkan.
Dalam studi kasus, apa yang membuat Sandra serasa hidup selain emosi? Kegiatannya sehari-hari ketika sekolah.
"Ibu Guru Tati memandang anak-anak manis yang menulis dengan kening berkerut. Terdengar gesekan halus pena pada kertas. Anak-anak itu sedang tenggelam ke dalam dunianya, pikir Ibu Guru Tati."
Kutipan kalimat di atas menggambarkan kehidupan anak SD. Belajar di sekolah.Â
Bacalah sampai akhir
Kita tahu awalnya tentu sebagian besar kita juga ingin tahu akhir kisahnya, bukan? Apakah Sandra memberontak atau ikhlas begitu saja dimarahi ibunya? Emosi-emosi apa saja yang bisa kita nikmati dalam cerpen itu?
Bisa kita alami semua itu bila kita baca sampai akhir. Cerpenis--apalagi cerpenis senior-- tentu tidak ingin menyia-nyiakan salah satu bagian penting cerpen, yaitu akhir cerita.