Kembali nahas, peristiwa itu disaksikan oleh majikan perempuannya. Karena tidak ingin anaknya suatu saat mungkin tiba-tiba tergoda untuk bersetubuh dengan Yu Sulepret, mana level majikan dengan pembantu, maka Yu Sulepret kembali dipecat.
Sejak saat itu, Yu Sulepret kapok. Dia memilih menjadi pembantu pocokan. Sehari hanya tiga kali bekerja di tiga rumah majikan. Masing-masing tidak lebih dari dua jam. Terlebih, dia sudah membawa dua anak yang masih kecil ke kota. Tidak mungkin dia merepotkan majikan dengan tinggal bersama mereka.
"Kok terlambat sih Yu? Tumben," keluh majikan kedua. Waktu menunjukkan pukul dua belas. Udara sudah sangat panas.
"Iya, Bu Ngatmino. Maaf, tadi di rumah Bu Sukiyem banyak sekali kerjaan," Yu Sulepret menatap lantai. Ada sedikit perasaan bersalah tampak di wajahnya. Sebagai pembantu pocokan profesional, yang digadang-gadang terbaik dari agen pembantu ternama di kota itu, dia tertunduk malu.
"Ya sudah! Cepat kerjanya. Saya mau ke bank soalnya! Karena ini, upahmu saya potong!"
"Baik Bu," Yu Sulepret pasrah begitu saja. Perjanjian tidak tertulis antara dia dengan majikan kedua itu memang begitu adanya. Setiap keterlambatan akan diikuti dengan pemotongan upah.
Namun, Yu Sulepret tetap bekerja sebaik-baiknya. Baginya, membantu orang terlebih ibu rumah tangga sudah mendarah daging dan dijadikan ladang amal perbuatan.
Wanita yang bergelut dalam rumah, memilih tidak bekerja dan mengurus anak serta suami seharian, dipandangnya tidak kalah hebat dibanding suami yang mencari nafkah di kantor.Â
Bagaimana wanita harus sabar membesarkan dan mengajari anak, belum lagi bila anak bandel dan sulit makan, sementara masih pula kerap mendengar keluh kesah suami sepulang kerja, sampai-sampai sering lupa memberi waktu merawat diri sendiri. Sungguh, hanya wanita hebat yang bisa mengerjakannya.Â
Dia bisa berkata begitu, karena dia sendiri merasakan. Demi kedua anaknya, dia akan terus membesar-besarkan hatinya sekaligus mengabdikan diri meringankan beban para ibu rumah tangga.
Kekecewaan akan upahnya yang dipotong itu tidak begitu lama. Yu Sulepret tiba-tiba teringat akan rumah majikan ketiganya. Hari itu majikan itu baru pertama kali didatanginya. Berdasarkan info dari agen pembantu, majikan itu mau membayar tiga kali lipat dibanding dua majikan sebelumnya.