Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Seberapa Penting Akhir Cerita pada Sebuah Cerpen?

14 Februari 2021   21:56 Diperbarui: 15 Februari 2021   05:50 1014
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Capek ah nulis cerpen, mau istirahat dulu!

Bagi seorang cerpenis--penulis cerpen--baik itu yang telah diakui nasional maupun sekelas RT, sudah barang tentu selain sekadar menulis dan berbagi, ingin memberi karya terbaik bagi pembaca.

Sejauh saya belajar, dengan membaca cerpen pilihan Kompas tahun 2016 s.d. 2019--bersama tulisan ini juga saya ucapkan terima kasih banyak kepada para cerpenis senior yang telah menghibur dan memberikan ilmunya kepada saya, karena terlalu banyak nama saya tidak bisa sebutkan satu per satu--saya menemukan indahnya dan betapa pentingnya akhir sebuah cerpen.

Buku kumcer karya Guru favorit saya, SGA, sumber: dokpri
Buku kumcer karya Guru favorit saya, SGA, sumber: dokpri
Memang, cerita itu seyogianya menarik dari pengenalan awal, kemudian pertengahan alur, konflik yang mencuat, sampai solusi penanganan yang kebanyakan ditulis di akhir. Apalagi kalau cerpennya mengandung kata berjumlah ribuan, bila datar-datar saja, pasti cepat-cepat pembaca mengalihkan matanya.

Apakah saya menemukan hal seperti itu? Jujur, saya pernah sekali dua kali hampir mengantuk membaca cerpen pada buku kumcer--kumpulan cerpen-- di atas. Tetapi, saya percaya, bila telah disabet label pilihan oleh KOMPAS, baik juga di sini oleh Kompasiana, setidaknya ada hal menarik dari cerpen tersebut, kendati hanya akhirnya.

Dan saya sebagai pemula yang sekadar bisa--berharap suatu saat nanti mahir bahkan dibukukan oleh penerbit Kompas, amin--, dari hasil analisis karya cerpenis senior, saya merangkum ada empat hal terkait pentingnya akhir cerita pada sebuah cerpen.

Menyempurnakan kisah indah

Cerita tentang sepasang kekasih tentu diharapkan sebagian pembaca berakhir indah. Dua sejoli saling bertemu, membangun keluarga, sehabis derita yang dialami, entah karena orangtua, masalah ekonomi, kepahitan pengalaman cinta, dan lain-lain.

Selain sebagai penulis, posisi saya melalui mata pembaca pun senang melihatnya. Tuntas sudah perjuangan dengan kebahagiaan. Siapa yang tidak ingin hidup bahagia? Kendati sudah sering ya tetap saja orang selalu ingin, hehehe...

Memantapkan kepuasan tokoh

Topik balas dendam sering saya temukan. Para cerpenis menuliskan derita tokoh protagonis, disebabkan oleh tokoh antagonis dan menutupnya dengan pembalasan dendam, sebagian besar dirasa paling mantap dan setimpal.

Ini sangat membahagiakan bagi saya selaku pembaca. Mengharap Yang Kuasa membalas kan kelamaan, masih rahasia pula kapan dibalas-Nya, jadi bolehlah di kisah fiksi kita puaskan pembalasan itu, hehehe...

Menggocek pikiran pembaca

Poin ini saya kerap alami. Para cerpenis berhasil memberi kejutan dan menutup ceritanya dengan plot twist. Yang seharusnya kita tebak bahagia, ternyata malah mati menderita.

Sebaliknya, yang kita harapkan beroleh pembalasan dendam, ternyata malah semakin berkuasa dan justru menang. Semakin asyik malah, apabila kita tidak mampu membaca apa yang ada di pikiran cerpenisnya.

Membuatnya unik

Terakhir, karya cerpen seyogianya unik, tidak seperti kebanyakan cerita. Memang, untuk membuat unik, diperlukan ekstra pikir dari cerpenis dalam merangkai kisah yang memikat dan tidak membosankan.

Saya masih dan selalu dalam proses belajar bagian ini.

Cerpen pilihan Kompas tahun 1970-1980 yang masih tahap dipelajari, sumber: dokpri
Cerpen pilihan Kompas tahun 1970-1980 yang masih tahap dipelajari, sumber: dokpri
Entah kenapa, saya akhir-akhir ini suka sekali membaca dan menulis cerpen. Melatih otak saya mengarang-ngarang, memuaskan perasaan dalam tulisan melalui selipan-selipan alur cerita, dan menciptakan akhir cerita yang memuaskan. Sebelum pembaca menikmati, tentu saya sendiri harus puas.

Masih banyak PR ke depan dan beberapa cerpen pilihan Kompas tahun 1996, 1997, 1999, 2001, 2013, dan 2015 belum saya sentuh.

Kumcer yang belum terbaca, sumber: dokpri
Kumcer yang belum terbaca, sumber: dokpri
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi Anda, terutama bagi yang tertarik menulis cerpen. Semoga kita dapat merangkai kisah dengan apik dan memberikan akhir cerita yang cetar membahenol.

Teruslah belajar.

Salam cerpen.

...

Jakarta

14 Februari 2021

Sang Babu Rakyat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun