Topik balas dendam sering saya temukan. Para cerpenis menuliskan derita tokoh protagonis, disebabkan oleh tokoh antagonis dan menutupnya dengan pembalasan dendam, sebagian besar dirasa paling mantap dan setimpal.
Ini sangat membahagiakan bagi saya selaku pembaca. Mengharap Yang Kuasa membalas kan kelamaan, masih rahasia pula kapan dibalas-Nya, jadi bolehlah di kisah fiksi kita puaskan pembalasan itu, hehehe...
Menggocek pikiran pembaca
Poin ini saya kerap alami. Para cerpenis berhasil memberi kejutan dan menutup ceritanya dengan plot twist. Yang seharusnya kita tebak bahagia, ternyata malah mati menderita.
Sebaliknya, yang kita harapkan beroleh pembalasan dendam, ternyata malah semakin berkuasa dan justru menang. Semakin asyik malah, apabila kita tidak mampu membaca apa yang ada di pikiran cerpenisnya.
Membuatnya unik
Terakhir, karya cerpen seyogianya unik, tidak seperti kebanyakan cerita. Memang, untuk membuat unik, diperlukan ekstra pikir dari cerpenis dalam merangkai kisah yang memikat dan tidak membosankan.
Saya masih dan selalu dalam proses belajar bagian ini.
Masih banyak PR ke depan dan beberapa cerpen pilihan Kompas tahun 1996, 1997, 1999, 2001, 2013, dan 2015 belum saya sentuh.
Teruslah belajar.
Salam cerpen.
...
Jakarta
14 Februari 2021
Sang Babu Rakyat