Ladang uang mereka dapatkan dari para pendatang. Anak-anak pun tidak terlihat lagi bermain di luar. Mereka sibuk berdiam dalam rumah, memainkan gawai bersama temannya.
Saya termasuk orang yang beroleh untung dari sana. Dan juga, yang mulai jemu dengan paksaan itu.
"Bagaimana menurut Bapak? Masak kita tanam pohon lagi? Nanti uang kita dapat dari mana?" kata saya pada bapak di sebelah saya. Bapak itu menarik napas panjang.
"Ah, Bapak seperti tidak tahu saja. Pak RT kan memang tidak suka dengan pabrik-pabrik itu. Saya dengar, anaknya tidak diterima bekerja di sana. Dia tidak bisa melawan, karena kontrak pengusaha dengan bapaknya dulu berlaku dua puluh tahun. Sementara dia baru anak kemarin."
"Ah, Pak RT hanya iri sama kita. Kalau banjir mah kita tanggung-tanggung sendiri. Itu kan hanya lima tahun sekali, sementara uang sewa berjalan terus setiap bulan. Saya juga sudah menaruh barang-barang berharga kok di lantai dua," tambah Bapak di depan saya.
"Memangnya dia mau ganti sumber penghasilan kita? Ngomong saja gampang. Sudah tahu zaman sekarang susah cari duit," tukas Bapak di belakang saya.
Setelah menarik arisan dan satu setengah jam berlalu, akhirnya pertunjukan monolog itu selesai. Seperti biasa, Pak RT pulang dengan raut wajah kesal. Dia merasa tidak disegani para warga.
Pak RT rumahnya tepat di sebelah saya. Dan saya tepat pula salah satu orang yang tidak melaksanakan imbauannya. Di belakang rumah, saya bangun sebuah kolam ikan kecil, didiami beberapa anakan ikan koi yang saya tabur dengan maksud sebagai hiburan seusai pulang kerja.
"Siapa yang bisa mengatur orang untuk membangun apa saja di tanah kekuasaannya? Bukankah itu sudah di bawah kendali sang pemilik?"
 Pak RT satu-satunya orang di kompleks itu yang masih punya banyak pohon. Keuntungan yang lumayan menggairahkan dari sewa indekos sama sekali tidak mampu menggodanya menebang pohon-pohon itu.
Sebagian dia rawat baik. Ada pohon mangga, jambu, kesemek, dan bebungaan semisal melati, mawar, anggrek. Istrinya pun terlewat rajin. Pohon-pohon yang sudah sangat besar sampai akar-akarnya muncul ke permukaan tanah masih saja disiramnya, seperti benih yang membutuhkan banyak air untuk tumbuh.