Mimbar mempelai tak kalah megah. Diapit kedua tiang putih nan kokoh di kanan dan kiri, disorot cahaya lampu berwarna-warni, sofa mewah berbalut kain kuning keemasan, dan meja pengantin berbahan kayu jati dengan ukiran terindah yang didatangkan langsung dari kampung lelaki itu. Kampung pengukir terbaik di kota itu.
Sehari lalu, mereka juga sudah memastikan kesiapan catering yang akan menyediakan santap malam di acara pernikahan. Menu sate kambing, nasi goreng seafood, bistik daging, soto ayam, hingga es doger harus tersedia tanpa kurang suatu apapun.
Lelaki itu tidak ingin mengecewakan setiap tamu yang hadir di pesta. Selain itu, lelaki itu ingin menjaga nama baik orangtuanya. Orang nomor satu di kampungnya.
"Yang, yakin mau hidup denganku?"
Pertanyaan itu kembali diulang. Berawal dari kebimbangan. Selain ketakutan akan masa lalu terjadi kembali, wanita itu diberi masukan oleh sahabat-sahabatnya untuk mengutarakan rahasianya, sebelum mereka menikah.
"Kamu harus bilang apa adanya. Jangan sampai dia menyesal. Kamu tidak ingin kan dicampakan di tengah jalan? Kamu tidak ingin kan menjadi bahan olok-olokan? Kamu tidak ingin kan?"
Masih terekam jelas masukan sahabatnya itu lima hari lalu. Masukan itu berhasil membuatnya tidak bisa tidur sepanjang malam. Selalu mengguncang-guncang hati dan pikirannya.
"Yang, kamu tahu kan wajahku tidak cantik. Dari awal kita bertemu, kamu tahu kan wajahku seperti apa? Sangat standar untuk ukuran wanita. Bila nanti aku menua, keriput-keriput itu akan merusak kulit di wajahku, bersama lautan tahi lalat yang entah dari mana selalu kurasakan bertambah setiap hari. Kamu tahu kan?" Kepastian dari lelaki itu dia tunggu. Jawaban atas rahasia pertama.
Tepat di depannya, lelaki itu mengembangkan senyum. Seusai meneguk kopi panas di atas meja, lelaki itu menjawab.
"Tidak penting bagiku wajahmu jelek. Aku siap menerima kamu apa adanya."
Baginya, keahlian memasak yang dimiliki wanita di depannya itu, telah melenakan hati dan memadamkan harapan akan seorang wanita berwajah cantik. Prinsipnya, kepandaian masak lebih utama daripada kecantikan wajah.Â