"Iya benar-benar"
Neno berpikir. Bagaimana cara mengusir kerapu nakal itu. Sangat mustahil, dengan ukuran tubuh mereka yang kecil itu, melawannya. Tiba-tiba dari belakang, muncul sebuah suara.
"Siapa itu" Suara besar menggema. Ayah Neno keluar menemui mereka.
"Ini Ayah, ada Neo dan Neji, temannya"
"Oh, Neo. Ada apa?"
"Begini Yah. Mereka minta bantuan. Mereka terganggu dengan kehadiran kerapu hitam di dekat tempat bermain mereka. Ayah tahu kan, kerapu itu. Itu lho Yah, yang nakal itu. Pernah kuceritakan ke Ayah"
"Oh, kerapu itu. Iya, Ayah tahu" Pernah suatu kali Ayah memukulkan ekornya pada kerapu itu. Kerapu itu pergi menjauh.Â
"Iya, kerapu itu memang suka mengganggu. Semua dimakannya. Bahkan, sudah kenyang pun selalu kelaparan. Ayah saja yang badannya berkali-kali lipat lebih besar darinya, tidak seperti itu"
"Ya, sudah. Begini saja. Bagaimana kalau kamu, Neo dan Neji bermain bersama Ayah. Nanti Ayah lindungi kalian dari kerapu nakal itu"
Karena melihat tubuh ayah sangat besar dan kokoh memanjang, tanpa pertanyaan, Neo dan Neji mengiyakan. Setiap kali mereka hendak bermain, mereka menunggu kedatangan ayah. Mereka bersembunyi di bawah sirip ayah dan tenang bermain, terlindungi dari serangan kerapu itu. Kerapu itu, tidak berani mendekati mereka.
Suatu ketika, ayah menggerak-gerakkan tubuhnya. Siripnya gatal sekali. Ada beberapa daging melekat seperti menggigit-gigit kulitnya. Daging itu tidak sengaja teramati Neo.