Malam ini sebelum beristirahat, seperti biasa kusempatkan menyantap makan malam. Berhubung Jakarta sedang hujan-hujannya, maka paling enak makan berkuah dan hangat. Terpilihlah soto ayam sebagai menu malam ini.
Dengan bersepeda, aku menuju warung soto langganan. Soto yang disajikan adalah Soto Lamongan, lengkap dengan gurih koyanya. Sembari menunggu pesanan selesai, ada seorang pengamen yang bernyanyi menghibur kami di warung tersebut.
Seorang pemuda berkaos merah marun, berumur sekitar 25-30 tahun, dan berambut gondrong. Dia terlihat bercengkerama sangat akrab dengan pemilik warung soto. Diturunkanlah maskernya di dagu, dan dia mulai bernyanyi.
"Mohon maaf Bapak Ibu, mengganggu waktu makannya sebentar. Sembari menikmati soto, izinkan saya mempersembahkan sebuah lagu. Taklupa, sebelum meninggalkan warung, periksa dompet dan handphone supaya takada yang ketinggalan."
Itulah prolognya. Seperti prolog kebanyakan pengamen. Setelah itu, kudengarlah dia bernyanyi. Takada lima menit, lagunya selesai dinyanyikan. Aku pun segera merogoh kantong, mengambil uang (tak etis bila disebut jumlahnya), dan kuberikan kepadanya.
Aku termasuk orang yang jarang sekali memberikan uang kepada pengamen. Bukan bermaksud pelit, tetapi selektif (ceileeehh, hehehe). Milih-milih, mana yang layak dibayar, mana yang tidak. Bila salah satu syarat di bawah ini terpenuhi, tak sungkan aku berani bayar yang jumlahnya pun tak sedikit nilainya. Mengapresiasi seriusnya mengamen.
Bisa nyanyi
Minimal pengamen bisalah menyanyi. Bukan sembarang bernyanyi ya, seyogianya tahu nada, dan selaras dengan kunci alat musik yang dimainkan. Kita sebagai pendengar, pasti tidak ingin mendengar suara sumbang.
Malam ini, dia menyanyi dengan sangat baik (berasa juri ye, hehehe...). Mulai intro hingga akhir, nadanya tepat sesuai kunci. Sesekali, improvisasi dikeluarkan di tengah lagu. "Memantul, memang mantap betul", kataku dalam hati. Â Â
Bisa cipta lagu
"Demikianlah sepotong lagu ciptaan saya sendiri seputar perselingkuhan. Semoga Bapak Ibu tidak ada yang mengalami dan dijauhkan dari perselingkuhan. Amin"
Pernyataannya di akhir bernyanyi menjawab pertanyaanku selama mendengar. Rasa-rasanya aku tak pernah mendengar lagu yang dinyanyikan. Apa mungkin kamus laguku yang kurang lengkap ya?
Kalau lagu galau mah tak kurang lengkap kamusku kurasa. Sering galau soalnya, wkakakak. Tapi, ketika mendengar itu lagu ciptaannya, bagiku dia langsung naik level. Pengamen berkualitas.
Modal
Anda pernah lihat pengamen menggunakan beberapa tutup botol yang dipakukan pada sebatang kayu? Itu tidak terhitung modal. Karena tidak menghasilkan nada. Minimal gitarlah.
Nah, malam ini dia bernyanyi dengan bergitar. Bukan ksatria bergitar ya, hehehe.... Kemampuan gitarnya pun mahir menurutku.
Dari ketiga kualitas, dia memenuhi ketiga-tiganya. Masuk kategori pengamen yang layak kubayar.
Ketiga kualitas itu bukan standar ya, hanya alasan yang menurutku membuat layak seorang pengamen dibayar. Anda tentu punya tolok ukur sendiri. Berbeda itu biasa.
Karena bagiku, bila mengamen dijadikan profesi untuk mencari uang, sudah seyogianya tampil profesional dalam bekerja.
...
Jakarta,
1 Oktober 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H