Mohon tunggu...
Y. Edward Horas S.
Y. Edward Horas S. Mohon Tunggu... Penulis - Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Nomine Terbaik Fiksi (Penghargaan Kompasiana 2021). Peraih Artikel Terfavorit (Kompetisi Aparatur Menulis 2020). Pernah menulis opini di KompasTV. Kontributor tulisan dalam buku Pelangi Budaya dan Insan Nusantara. Pendiri Sayembara Menulis Cerpen IG (@cerpen_sastra), Pendiri Perkumpulan Pencinta Cerpen di Kompasiana (@pulpenkompasiana), Pendiri Komunitas Kompasianer Jakarta (@kopaja71), Pendiri Lomba Membaca Cerpen di IG (@lombabacacerpen), Pendiri Cerita Indonesia di Kompasiana (@indosiana_), Pendiri Tip Menulis Cerpen (@tipmenuliscerpen), Pendiri Pemuja Kebijaksanaan (@petikanbijak), dan Pendiri Tempat Candaan Remeh-temeh (@kelakarbapak). Enam buku antologi cerpennya: Rahimku Masih Kosong (terbaru) (Guepedia, 2021), Juang (YPTD, 2020), Kucing Kakak (Guepedia, 2021), Tiga Rahasia pada Suatu Malam Menjelang Pernikahan (Guepedia, 2021), Dua Jempol Kaki di Bawah Gorden (Guepedia, 2021), dan Pelajaran Malam Pertama (Guepedia, 2021). Satu buku antologi puisi: Coretan Sajak Si Pengarang pada Suatu Masa (Guepedia, 2021). Dua buku tip: Praktik Mudah Menulis Cerpen (Guepedia, 2021) dan Praktik Mudah Menulis Cerpen (Bagian 2) (Guepedia, 2021).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tiga Kualitas Pengamen yang Layak Dibayar

1 Oktober 2020   21:58 Diperbarui: 1 Oktober 2020   22:06 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: wartakota.tribunnews.com

Malam ini sebelum beristirahat, seperti biasa kusempatkan menyantap makan malam. Berhubung Jakarta sedang hujan-hujannya, maka paling enak makan berkuah dan hangat. Terpilihlah soto ayam sebagai menu malam ini.

Dengan bersepeda, aku menuju warung soto langganan. Soto yang disajikan adalah Soto Lamongan, lengkap dengan gurih koyanya. Sembari menunggu pesanan selesai, ada seorang pengamen yang bernyanyi menghibur kami di warung tersebut.

Seorang pemuda berkaos merah marun, berumur sekitar 25-30 tahun, dan berambut gondrong. Dia terlihat bercengkerama sangat akrab dengan pemilik warung soto. Diturunkanlah maskernya di dagu, dan dia mulai bernyanyi.

"Mohon maaf Bapak Ibu, mengganggu waktu makannya sebentar. Sembari menikmati soto, izinkan saya mempersembahkan sebuah lagu. Taklupa, sebelum meninggalkan warung, periksa dompet dan handphone supaya takada yang ketinggalan."

Itulah prolognya. Seperti prolog kebanyakan pengamen. Setelah itu, kudengarlah dia bernyanyi. Takada lima menit, lagunya selesai dinyanyikan. Aku pun segera merogoh kantong, mengambil uang (tak etis bila disebut jumlahnya), dan kuberikan kepadanya.

Aku termasuk orang yang jarang sekali memberikan uang kepada pengamen. Bukan bermaksud pelit, tetapi selektif (ceileeehh, hehehe). Milih-milih, mana yang layak dibayar, mana yang tidak. Bila salah satu syarat di bawah ini terpenuhi, tak sungkan aku berani bayar yang jumlahnya pun tak sedikit nilainya. Mengapresiasi seriusnya mengamen.

Bisa nyanyi

Minimal pengamen bisalah menyanyi. Bukan sembarang bernyanyi ya, seyogianya tahu nada, dan selaras dengan kunci alat musik yang dimainkan. Kita sebagai pendengar, pasti tidak ingin mendengar suara sumbang.

Malam ini, dia menyanyi dengan sangat baik (berasa juri ye, hehehe...). Mulai intro hingga akhir, nadanya tepat sesuai kunci. Sesekali, improvisasi dikeluarkan di tengah lagu. "Memantul, memang mantap betul", kataku dalam hati.   

Bisa cipta lagu

"Demikianlah sepotong lagu ciptaan saya sendiri seputar perselingkuhan. Semoga Bapak Ibu tidak ada yang mengalami dan dijauhkan dari perselingkuhan. Amin"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun