Demikianlah ujarannya ketika Bu Tejo memberikan tambahan uang kepada Gotrek, sang supir truk. Yu Ning curiga, uang tersebut tidak cuma-cuma, melainkan ada pamrih agar Gotrek mau jadi tim sukses Pak Tejo. Kebetulan juga, tersirat dari Bu Tejo, suaminya akan mengajukan diri sebagai kandidat lurah setempat.Â
Memang diajarkan, kita tidak boleh selalu curiga terhadap orang. Tetapi, terkadang curiga sebagai bentuk kritis juga diperlukan. Mempertanyakan orang yang tiba-tiba baik hanya bila ada maunya, sangat perlu. Setelah maunya terpenuhi, seketika berubah menjadi tidak baik. Ya, tidak dimungkiri ada tipikal orang seperti ini. Â Â
- Perhatian terhadap sesama
Apa aku salah, kalau aku perhatian sama Bu Lurah? Apa aku juga salah, kalau aku pengen cepat tahu keadaan bu Lurah?
Perkataan tersebut dilontarkan di tengah kekecewaan tidak bisa menjenguk Bu Lurah di rumah sakit, karena masih di ICU. Dari sini dapat dilihat, sepertinya bukan Bu Tejo, tokoh utama yang menginisiasi besuk ini, melainkan Yu Ning. Dia memang diperankan sebagai sosok yang baik, perhatian terhadap kondisi kesehatan tetangga sekitar.
Dalam kehidupan nyata, Yu Ning sangat diperlukan kehadirannya. Sebagai penyeimbang dan rambu-rambu agar tidak kebablasan. Kendati konsekuensinya, sering sendirian karena tidak disukai, hehe.... Seperti pada akhir film ini.
Jadi, pembaca termasuk Bu Tejo atau Yu Ning nih? Yang pasti, kedua-duanya membuat seru dunia ini, hehe...
...Â
Jakarta,
23 Agustus 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H