Judulnya lebay banget yak? Emang lebay sih, wkakakakak. Bukan untuk memancing pembaca meng-klik tulisan ini, tetapi memang seperti itulah keadaannya.
Siapa dari kita yang tidak pernah mengalami deadline? Penulis jamin sebagian besar pasti mengalaminya. Deadline mengumpulkan tugas saat kuliah, deadline belajar sebelum hari ujian, deadline laporan hasil pekerjaan, deadline ngejar omset penjualan perusahaan, deadline menikah (upsss, wkwkwkwk), dan lainnya.
Deadline memang ada di semua aspek kehidupan dan kerap dialami semua orang. Kalau untuk yang menikah, biasanya deadline persiapan jatuh di Hari H-1, hari sebelum pernikahan diselenggarakan.
Dalam bahasa Indonesia, deadline berarti batas waktu. Detik-detik terakhir di mana sesuatu yang dikerjakan harus selesai. Kalau lagi kuliah, semisal mendapatkan dosen baik, bisa tuh mahasiswa tawar menawar memperpanjang deadline. Mahasiswa senang, dosennya biasa aja. Iya, kebiasaan mahasiswa, wkakaka.
Alasan klasiknya, pengumpulan data sumber yang banyak sehingga butuh waktu ekstra, ditambah tugas bejibun dari dosen lain. Pokoknya terkesan diberat-beratin deh bebannya, supaya waktunya diringan-ringanin.
Harapannya sih, dengan panjangnya jeda waktu, tugas bisa diselesaikan dengan baik. Padahal kenyataannya, dikerjakan juga tuh di waktu deadline, wkakaka. Kebiasaan penulis juga sih, hihi...
Ketika lomba pun gitu. Pengalaman penulis sebagai panitia lomba, karya-karya yang dikumpulkan selalu sepi di awal dan membeludak di hari deadline. Tadinya di awal dan pertengahan waktu, sempat muncul rasa pesimis sepi peminat dan hendak memperpanjang deadline. Tapi di akhir, berubah menjadi optimis laku banyak dan tinggal berpangku tangan menunggu deadline tiba. Laris manisssss....Â
Usut punya usut, berdasarkan pengalaman pribadi juga, kenapa sih kita terbiasa mengerjakan di saat deadline dan mengapa seolah-olah ada gelora kekuatan super yang entah datangnya dari mana, sehingga membuat tugas bisa selesai dengan sekejap mata. Sepertinya ini alasannya:
Keterdesakkan;
"Waktunya tinggal hari ini kawan, ayok cepat diselesaikan"
Percakapan yang sering terdengar di hari deadline. Mau tidak mau, suka tidak suka, tinggal hari ini waktunya. Keterdesakkan inilah yang memicu timbulnya kekuatan super mengerjakan tugas.Â
Sampai tengah malam pukul 23.59 WIB sebelum pergantian hari, gelora kekuatan semakin berkobar-kobar di sela tingkat stres yang semakin meninggi pula. Stock kudapan pun semakin banyak menemani. Iya, terkadang terdesak bisa memicu berpikir keras, sehingga muncul juga ide-ide brilian di last minute itu, hehe.
Kalau terkait ujian, belajar sebelum deadline (hari ujian) juga menjadi sebuah kebiasaan. Istilah terkenalnya SKS, Sistem Kebut Sehari, Sistem Kebut Sejam malah.
Biar gag cepat lupa bro waktu ujian. Masih nempel-nempel dikit lah di otak, wakakak.
Aura Kebersamaan;
Lingkungan acap kali berpengaruh dalam naik turunnya semangat kita. Di awal jauh-jauh hari dari deadline, jarang terlihat ada teman kuliah (semisal) bersemangat menyelesaikan tugas. Entar aja, masih lama kok deadline-nya. Biasanya gitu, hehe...
Menjelang deadline, terlihatlah itu keriuhan semangat berjamaah, kepeningan dan kesibukan yang mendadak timbul, di mana langsung menular ke teman di sekitarnya. Semangat melihat orang lain semangat, memicu kita untuk menyelesaikan tugas di hari deadline. Hmm...
Bisa Saling Bantu;
Satu paket bersama poin dua, ketika sama-sama menyelesaikan tugas, bisa bertukar pikiran saling membantu. Hal yang menjadi kendala menjadi terkendali. Tugas terasa lebih ringan dan stres pun terbagi. Peribahasanya, ringan sama dijinjing, berat sama dipikul.Â
Tapi jangan kopi paste yak, kebangetan, hehe...
Jadi, kurang lebih inilah faktor kenapa kekuatan super sering timbul menggelora di hari deadline. Beberapa dari kita pun telah terbiasa nyaman atasnya, hehe...
...
Jakarta,
30 Juli 2020
Sang Babu Rakyat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H