Sebagai catatan, bahasan konteks di atas tentunya dikecualikan untuk sebagian orang, yang kata kebanyakan orang, punya kemampuan untuk bermimpi melihat masa depan. Iya, cenayang, bukan itu yang akan dibahas di sini, hehe.
Perasa.
Perasa disini bukanlah orang yang mudah tersinggung dan "baperan", sedikit-sedikit dibawa perasaan, sehingga terkadang sulit tertebak kapan saat dan bagaimana cara untuk bercanda dengannya.Â
Dalam pergaulan, kita memang perlu menganalisis kepada siapa lawan kita berbicara. Ketika dengan teman dekat, kita pasti mengenal dan sepakat poin-poin mana yang bisa dijadikan bahan bercandaan, karena telah terbiasa.Â
Di sini, bercanda berarti sama-sama tertawa bahagia tanpa ada yang terlukai. Sedangkan kepada orang yang tidak kita kenal dekat, lebih baik kita bermain aman dengan bersikap sopan dan berbicara dengan hormat, sehingga tidak ada perasaan yang terluka. Btw, kok jadi curhat, wkakakak.
Kembali fokus. Siapa yang dimaksud perasa di sini? Perasa adalah orang yang telah merasakan pengalaman hidup, dalam upaya dia menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya. Seluruh rasa kehidupan telah dialami, mulai dari manis, kecut, sampai kepada pahit getir.Â
Dalam kehidupan bersosial, kebanyakan perasa adalah orang yang mudah bersimpati dan berempati terhadap sesama, apalagi ketika sesama tersebut merasakan hal yang sama seperti yang dia telah alami.
Cukup ya ulasan teorinya, kita langsung praktik. Mari kita ambil contoh nyatanya untuk membedakan cerita mereka berdua, semisal dari dunia tarik suara, dunia yang penulis pribadi sangat sukai.
Bernyanyi adalah berkata-kata untuk menyampaikan pesan yang tersurat bahkan tersirat dalam lirik, serta dibunyikan dengan nada yang harmonis. Oleh seorang pemimpi, pastinya diharapkan sebuah proses bernyanyi yang tepat nada dengan menggunakan berbagai teknik, diantaranya intonasi, artikulasi, resonansi, dan lainnya, sehingga dapat memukau para pendengar, termasuk juri bila dilombakan. Kalau istilah tenarnya sekarang, flawless, tanpa cacat.
Namun ironinya, kebanyakan ketika para pemimpi bernyanyi, meskipun mereka sukses untuk berbagai kriteria di atas, mereka sulit memahami apa sebetulnya yang ingin disampaikan oleh lagu kepada pendengar. Ya, kebanyakan karena mereka belum merasakan pengalaman cerita yang dituliskan dalam lirik lagu tersebut.