Apakah berbelanja kebutuhan sandang adalah sesuatu yang sangat mendesak untuk dipenuhi saat-saat ini? Pertanyaan ini berangkat dari pendengaran penulis akan berita yang sering terdengar, yaitu banyak orang mati kelaparan karena tidak makan, sementara orang yang mati karena tidak mengenakan sandang baru, sepertinya belum ada.
Tentunya, sandang yang lama, yang tidak diperbaharui itu, juga harus rajin dicuci ya, karena ketika kotor dikenakan di badan, bisa menjadi sumber penyakit juga. Jadi, tidak bisakah untuk sementara ini saja, kita kalahkan keinginan kita ini demi mendukung perlambatan penyebaran virus Corona?
Di sisi lain, tidak cukupkah kita dengar berita tentang jumlah tenaga kesehatan yang telah wafat dalam usaha mengobati penderita COVID-19? Meskipun COVID-19 dikenal sebagai virus yang masuk lewat saluran pernapasan, namun pada kenyataannya, tidak hanya dokter paru-paru yang mangkat, tetapi dokter umum, dokter spesialis di bidang lain, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Tidakkah seyogianya kita punya rasa empati untuk meringankan beban para tenaga kesehatan, dengan cara berupaya sekuat mungkin untuk tidak menjadi pasien COVID-19? Hal ini tentunya diluar donasi sebagian orang yang telah membantu penyediaan APD bagi beberapa rumah sakit dan perhatian pemerintah melalui pemberian insentif bagi para tenaga kesehatan.
Di sini, rasa empati (yang menurut KBBI ditegaskan sebagai keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain) terhadap sesama, merasa senasib dan sepenanggungan, sama-sama menderita akibat COVID-19, menjadi nomor satu dan harus dimiliki oleh semua orang dalam hidupnya beraktivitas berdampingan dengan COVID-19.
- Karsa
Karsa diartikan salah satunya sebagai kehendak, niat. Sekarang, kesamaan niat dan kehendak untuk hidup berdampingan dengan virus Corona, yaitu dengan selalu menggunakan protokol kesehatan dalam pergaulan dengan siapapun, khususnya ketika beraktivitas di luar rumah, harus dimiliki oleh seluruh masyarakat Indonesia.Â
Apakah pada kenyataannya di lapangan masih ada yang seperti ini? Masih ada. Masih ada mereka yang tetap setia menggunakan masker ketika berkegiatan yang bersifat mendesak di ruang publik.
Masih ada mereka yang menjaga jarak dan melakukan physical distancing ketika bergaul. Masih ada pula masyarakat yang terlihat menyediakan sabun cuci tangan dan air di setiap depan gang dan di depan rumah mereka (untuk setiap tamu yang hendak bertamu).
Jumlah mereka ini seyogianya harus semakin banyak dari hari ke sehari. Ya, harapan ini masih dimiliki oleh sebagian orang. Hal ini terlihat dari upaya sebagian masyarakat yang tidak henti-hentinya mengingatkan sesamanya lewat media sosial, tentang penyebaran informasi protokol kesehatan.