Kau terbangun tengah malam, mendengar sekumpulan anjing mengaung tanpa henti. Kau bertanya dalam hati, "Ada apa gerangan?"
Pagi harinya, seseorang datang mengabarimu: Semalam, Om Tinus, tetangga sebelah dirumahmu mati gantung diri.
V. Gantung diri
Sepanjang hari, Joni duduk bersarung sepi. Di teras rumahnya, ia suka menghabiskan waktu.
Wajahnya murung, senyumannya redup, pudar dikunyah kenangan. Ia seakan tak lagi bergairah untuk hidup, sejak diputuskan oleh kekasihnya.
Tadi pagi, masih kulihat ia duduk bersarung sepi; tatapannya kosong, melanglang lepas melewati deretan bunga dihalaman, beberapa batang ubi kayu, pucuk daun sirsak, membubung di atap rumah tetangga, lalu jatuh ke ufuk senja tak bertepi.
Sungguh, kasihan nasipnya. Semalam, ia ditemukan menjulurkan lidah, matanya melotot, tubuhnya kaku. Ia tergantung bagai buah alpukat.
VI. Pergi untuk Selamanya
Sore itu Simon akan datang melamarnya, tapi hingga pukul empat sore, Simon tak kunjung datang.
Keluarga besarnya mulai bertanya-tanya. Ia mulai gelisah. Perasaanya tak enak. Detak jantungnya terasa berdegup lebih cepat. Cepat sekali. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Sore itu, ia kenakan kain sarung dan baju merah tua peninggalan Ibunya. Ia tampak lebih manis dari biasanya.