Mohon tunggu...
Honing Alvianto Bana
Honing Alvianto Bana Mohon Tunggu... Petani - Hidup adalah kesunyian masing-masing

Seperti banyak laki-laki yang kau temui di persimpangan jalan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kuntilanak di Mata Air Oenasi

24 April 2020   10:23 Diperbarui: 24 April 2020   10:44 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Mata air Oenasi | piqsels.com

"Sudah, jangan bicara kutukan lagi!" Balas warga lainnya.

"Mana kakek Amle'ut, dalam keadaan begini dia justru tidak muncul!"

"Ayo, siapa yang waktu itu mengusulkan untuk menebang pohon dan membuang bekas bungkusan sabun disungai kita? Sekarang harus bertanggung jawab!"

Suasana rapat berangsur ramai. Bahkan ada beberapa orang yang berdiri dari kursinya. Sebagian orang saling menunjuk. Pemimpin rapat coba melerai mereka.

"Tenang. Tenang. Itu adalah keputusan bersama. Mata air  akan tetap menjadi mata air apapun kondisinya. Sekarang kita hanya perlu merawat pohon-pohon yang masih tersisa, dan membersihkan bungkusan sabun disekitar mata air, itu tanggung jawab kita. Dan satu hal, sebaiknya jangan ceritakan pada keturunan kita, bahwa dulunya mata air dan sungai itu pernah jernih. Setuju?"

Warga berpandangan, tak tahu harus setuju atau tidak. Namun begitulah akhir dari rapat kedua yang tampak tak begitu memuaskan. Orang-orang pulang dengan perasaan beragam. Sementara itu, sungai yang bersumber dari mata air yang kian menyusut itu tetap mengalir. Meski tak sejernih dan tak sebesar dulunya, sungai itu tak hendak mengutuk siapa pun.

Ia membiarkan segala kenangan indah disepanjang  sungai itu muncul dan hilang bersama alirannya yang kian mengecil, entah sampai kapan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun