Aku adalah mantra dibibir-bibir pasar, tempat perempuan-perempuan berambut jagung menaruh harap.
Akulah  yang meredam sedihmu, saat menatap mayat-mayat kaku dibandara hatimu.
Akulah yang berbisik mesra ditelingamu, perihal busung lapar akan selalu mesra dengan kerusakan hutan-hutanmu.
Aku adalah mata semesta yang masih terjaga, sejak dermaga diujung selatan mulai mengintai tulang-tulangmu.
Aku adalah hening di pundak-pundak mutis, yang meski sehelai daun jatuh pun tak bisa mengusik keheninganku.
Aku adalah sesuatu, manisku.
Yang hanya bisa kau kenali dari tempat paling bersejarah dihatimu.
Iya, karna hanya disitu semua tentangku tertulis dengan jujur.
Timor, Juni 2019
Honing Alvianto Bana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H