Tidak lama kemudian Dirga langsung beranjak dari kasur, karena dengan spontan memikirkan kemana perginya Adisti, tidak biasanya dia pergi membawa tas.
"Istriku, kau mau kemana!?" teriak Dirga sambil menatap sang istri dari belakang.
Adisti menghela napas. Panggilan Dirga mau tidak mau memaksa tubuhnya berhenti. Perlahan ia membalikkan badan, ditatapnya wajah sang suami yang terlihat pucat. Entah apa yang terjadi padanya selama keluar tadi, Adisti tidak mau memikirkannya. Ia berusaha untuk tidak peduli lagi.
"Aku pergi sebentar, ada urusan," jawab Adisti singkat.
"Kamu mau pergi atau mau cerai?" tanya Dirga tepat sasaran.
Sontak hal itu membuat Adisti berbalik badan. Adisti mengambil satu tarukan nafas.
"Oke, kita cerai!" ucap Adisti akhirnya. ia kembali melangkah meninggalkan rumah. Dirga hanya pasrah menerima semuanya, mungkin ini karma karena ia telah menyelingkuhinya istrinya.
Dirga duduk di sofa seraya menatap langit langit ruangan yang bernuansa putih itu  Sudah dua minggu ia lalui tanpa adanya Adisti.  Secuil memori terlintas saat ia dan Adisti sedang bersenda gurau. Tak butuh waktu lama, ia bangkit dari duduknya, melangkah pergi dengan menenteng tas ransel yang berisi pakaiannya.
Ya, Adisti telah menjual rumah ini, sehingga mau tidak mau ia harus pergi dari rumah yang penuh kenangan dengan Adisti.
Tamat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H