Pokok bahasan dari novel Kerudung Merah Kirmizi ini bertemakan perjuangan para wanita yang berjuang untuk cinta sejati di tengah kesulitan hidup.
Dalam novel ini menunjukkan kekuatan cinta untuk mengatasi semua rintangan yang dihadapi. Cinta adalah kekuatan terbesar untuk mengatasi semua rintangan di jalan kehidupan. Singkatnya, Myrna ingin memiliki akhir yang bahagia dengan pria yang ingin dinikahinya. Hal ini terlihat pada kutipan novel berikut.
"Tempo hari aku menyanyi karena aku merasa itu pekerjaan yang sesuai dengan bakat, ditambah dengan kepergian Mas Andriano, aku ibarat layang-layang putus yang terbawa angin ke Samudera, hingga membutuhkan semacam pegangan. Kini meskipun aku mempunyai suami yang kudamba.
Aku akan berfikir dua kali apakah layak atau tidak aku menyanyi lagi. Semua ini bergantung pada suamiku. Aku masih Myrna yang dulu, yang atas suka sendiri dibungkus oleh leluri-leluri lama tentang kedudukan seorang Nyonya yang wajar secara alami: berserah tapi tidak menyerah, dan patuh tapi tidak takluk".(KMK, 2000: 608)
b. Latar
Di bawah ini adalah latar lokasi novel Kerudung Merah Kirmizi.
1) Latar Tempat
Secara umum cerita ini berlatar di kota Jakarta, dan Bali. Cerita dimulai dengan latar di Jakarta, dan berakhir di Jakarta.
2) Latar Suasana
Latar suasana novel Kerudung Merah Kirmizi tersebut dijelaskan dalam kutipan novel berikut.
"Aku seperti gila waktu itu, meraung-raung di depan liang lahat, ingin dikuburkan hidup-hidup bersama suamiku. Setelah itu, berbulan bulan lamanya aku dicekam putus asa, bimbang, gamang, lantas bernudup dan meratap. Aku merasa bagai seekor anak menjangan yang terbingung oleh takdir di belantara serba harimau, singa, ular, setan". (KMK, 2000:3)