Mohon tunggu...
Homsah
Homsah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sastra Indonesia - Universitas Pamulang

Allah❤

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Unsur Romantisme pada Novel Kerudung Merah Kirmizi Karya Remy Sylado

30 Mei 2022   18:20 Diperbarui: 30 Mei 2022   18:25 1242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pokok bahasan dari novel Kerudung Merah Kirmizi ini bertemakan perjuangan para wanita yang berjuang untuk cinta sejati di tengah kesulitan hidup. 

Dalam novel ini menunjukkan  kekuatan cinta untuk mengatasi semua rintangan  yang dihadapi. Cinta adalah kekuatan terbesar untuk mengatasi semua rintangan di jalan kehidupan. Singkatnya, Myrna ingin memiliki akhir yang bahagia dengan pria yang ingin dinikahinya. Hal ini terlihat pada kutipan  novel berikut.

"Tempo hari aku menyanyi karena aku merasa itu pekerjaan yang sesuai dengan bakat, ditambah dengan kepergian Mas Andriano, aku ibarat layang-layang putus yang terbawa angin ke Samudera, hingga membutuhkan semacam pegangan. Kini meskipun aku mempunyai suami yang kudamba. 

Aku akan berfikir dua kali apakah layak atau tidak aku menyanyi lagi. Semua ini bergantung pada suamiku. Aku masih Myrna yang dulu, yang atas suka sendiri dibungkus oleh leluri-leluri lama tentang kedudukan seorang Nyonya yang wajar secara alami: berserah tapi tidak menyerah, dan patuh tapi tidak takluk".(KMK, 2000: 608)

b. Latar

Di bawah ini adalah latar lokasi novel Kerudung Merah Kirmizi.

1) Latar Tempat

Secara umum cerita ini berlatar di kota Jakarta, dan Bali. Cerita dimulai dengan latar di Jakarta, dan berakhir di  Jakarta.

2) Latar Suasana

Latar suasana novel Kerudung Merah Kirmizi tersebut dijelaskan dalam kutipan novel berikut.

"Aku seperti gila waktu itu, meraung-raung di depan liang lahat, ingin dikuburkan hidup-hidup bersama suamiku. Setelah itu, berbulan bulan lamanya aku dicekam putus asa, bimbang, gamang, lantas bernudup dan meratap. Aku merasa bagai seekor anak menjangan yang terbingung oleh takdir di belantara serba harimau, singa, ular, setan". (KMK, 2000:3)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun