https://www.instagram.com/caaa_79/
Apa itu dongeng?
Istilah dongeng dapat dipahami sebagai cerita yang tidak benar-benar terjadi dan dalam banyak kasus seringkali tidak masuk akal atau khayalan. Dongeng merupakan hiburan yang menyenangkan bagi anak dan membawa manfaat positif bagi anak.
Dunia anak adalah dunia imajinasi. Mereka selalu penuh kejutan. Membacakan cerita atau dongeng kepada anak merupakan salah satu cara untuk meningkatkan daya imajinasi anak, sehingga nantinya sangat bermanfaat bagi daya pikir dan daya ingat anak.
Tak bisa dipungkiri bahwa dongeng sangat berperan dalam pembentukan karakter anak. Membacakan dongeng untuk anak setiap hari berdampak positif bagi perkembangan emosinya. Nilai-nilai yang terkandung dalam dongeng selalu diingat oleh anak-anak, apalagi jika tokoh-tokohnya sangat disukainya.
Berikut adalah contoh dongeng
Suara Echan
Echan adalah peri berambut keriting dengan pipi tembem. Dia sangat lucu dan juga ramah. Jika bicara, suaranya halus bahkan hampir tidak terdengar. Semua teman-temannya menyukai Echan, kecuali satu kurcaci di ujung hutan.
"Echan, kita butuh banyak jamur untuk membuat kimchi ratu. Kita harus pergi ke ujung hutan dimana kurcaci Mochi menanamnya," kata peri Nana suatu pagi. "Baik Nana, ayo kita mengambilnya ke sana!"
"Apa katamu?" Nana menatap sahabatnya. "Ayo kita mengambilnya sekarang juga." Echan berbisik di telinga Nana
"Tapi, ini masih sangat pagi."
"Tidak apa-apa, ayo!"
Echan dan Nana terbang menuju ujung hutan dengan membawa keranjang jamur.
Tanaman jamur milik Mochi Kurcaci tampak sangat indah dengan macam-macam bentuk dan warna.
"Ratu menyukai jamur yang merah ini, Echan!" Teriak Nana ketika sampai di kebun jamur.
"Tunggu Nana! Sebaiknya kita menemui Tuan Mochi dulu."
"Apa katamu?" Nana menoleh.
"Kita harus mencari Tuan Mochi dulu," ulang Echan.
"Echan, kamu berbicara sangat pelan, aku tidak bisa mendengarmu!" Teriak Nana sambil memasukkan jamur pada keranjang.
Echan hanya melongo dan tidak bicara lagi.
"Heii, sedang apa kalian di sana!" Teriakan bergema mengegetkan kedua peri yang sedang asyik memanen jamur itu.
Seorang kurcaci datang dengan wajah marah.
"Letakkan jamur itu!" Teriaknya nyaring. Echan dan Nana saling berpandangan. Keduanya sepakat untuk turun dan meletakkan keranjang jamur. "Maaf anda siapa?" Tanya Nana heran.
"Aku Lipy, penjaga kebun jamur Tuan Mochi. Kalian mencuri ya?!" Lipy kurcaci melotot.
"Maaf, Tuan Lipy. Kami tak bermaksud mencuri. Kami membutuhkan jamur ini untuk membuat kimchi pesanan ratu." Nana mencoba menjelaskan.
Lipy melirik Echan yang tak bicara sedikit pun. "Kalau butuh saja kalian datang! Kalian ini peri sombong!"
Nana dan Echan saling bertatapan dengan cemas. "Maaf Tuan, kenapa bilang kami sombong?" Tanya Nana. "Tanya saja sama dia!" Seru Lipy melirik Echan yang langsung memerah pipinya.
"Echan ada apa?" Tanta Nana menatap sahabatnya. Echan menggeleng dan mengangkat kedua tangannya.
"Pulang saja kalian! Aku tak sudi memberikan jamur ini untuk peri sombong!" Lipy pergi sambil membawa keranjang jamur milik Nana dan Echan.
"Echan, apa yang telah kau lakukan?" Kembali Nana menatap sahabatnya.
Echan hanya merenung sambil duduk di salah satu jamur.
"Kau beberapa hari yang lalu kemana saja?" Nana mencoba membuka ingatan Echan.
"Aku hanya mengantar kimchi jamur. Memang itu kan pekerjaanku!" "Apa kau bertemu Tuan Lipy!" Nana bertanya lagi.
Echan mondar mandir sambil mengingat ingat.
"Aku mengantarkan kimchi terakhir ke rumah Nyonya Min. Eitsss.. tunggu, aku ingat!"
"Ingat apa?"
"Iya aku bertemu Tuan Lipy dan Lian anaknya!"
"Dimana?"
"Di jalan sebelum ke rumah Nyonya Min."
"Lalu?"
"Saat itu hujan. Tuan Lipy dan Lian memesan kimchi juga. Aku bilang kalau kimchinya habis, itu saja." Tata mengernyitkan dahi.
"Kenapa Tuan Lipy marah? Apa karena kimchinya habis? Tapi kan tidak perlu marah."
"Aku juga tidak tahu."
"Ayo kita datangi dia lagi!" Seru Nana menarik tangan Echan.
Tampak tuan Lipy sedang merapikan jamur yang dipetik mereka berdua ke freezer.
"Tuan, apakah Anda marah karena Anda kehabisan kimchi waktu itu?"Tanya Nana.
"Kalau habis aku maklumi. Temanmu itu yang kelewat sombong!" Tuan Lipy tak menjawab tanpa menoleh.
Nana menatap Echan.
"Kenapa Tuan menganggap saya sombong? Saya kan bilang kalau kimchinya habis, jadi maaf kami tidak bisa mengantarkan pesanan Tuan."
"Apa katamu? Aku tidak dengar," kata Tuan Lipy menoleh. "Echan bilang kimchinya waktu itu habis. Dia bilang maaf tidak bisa mengantarkan pesanan hari itu ke rumah Tuan." Nana mengulang ucapan Echan.
"Oh jadi begitu? Aku tahu sekarang. Kau ini peri dengan suara yang sangat pelan bahkan dalam jarak dekat begini. Tahukah kamu, aku dan anakku Lian menunggumu lama sekali dalam kondisi kelaparan waktu itu. Kau tidak datang!"
Echan betul-betul kaget.
"Maafkan aku Tuan Lipy. Aku benar-benar minta maaf," katanya dengan nada meminta maaf."Apa katamu?"
"Maafkan aku, Tuan Lipy!" Echan berkata sambil berteriak.
Teriakannya itu bergema di seluruh kebun jamur mengagetkan banyak binatang yang masih tidur. Seluruh binatang menatap mereka dengan kaget.
"Echan?" Nana merangkul sahabatnya. "Itulah suaraku kalau berteriak. Aku hanya akan mengganggu tidur para binatang dan juga teman-teman." Echan menunduk. "Echan, maafkan aku. Aku hanya salah paham, kukira kamu peri sombong yang tak mau bicara," ucap Lipy kurcaci.
"Jadi, bolehkah kami mengambil jamurnya?" Tanya Nana dengan mata berbinar.
"Silakan. Tapi ada syaratnya." Tuan Lipy menatap mereka.
"Apa itu?"
"Antarkan aku kimchi jamurnya." Kurcaci Lipy tersenyum. "Baik, Tuan!" Teriak Echan yang disambut tawa Nana dan Lipy.
Sastra Indonesia - Universitas Pamulang
@caaa_79
https://www.instagram.com/caaa_79/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H