Indonesia, sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam terbesar di dunia, telah menghadapi tantangan dalam mengatur peran agama dalam tata pemerintahan yang menganut sistem demokrasi. Salah satu isu yang menarik perhatian adalah peran agama dalam tata pemerintahan, terutama dalam konteks mengadopsi sistem demokrasi. Dalam artikel ini, saya akan mencoba menggali beberapa aspek terkait mengapa banyak warga negara Indonesia menolak sekularisme, pengaruh politik agama yang kuat, beberapa kasus diskriminasi agama minoritas, serta pro dan kontra terkait penerapan sekularisme di negara demokrasi.
Sebelumnya, Penting untuk memahami konteks sosial, budaya, dan sejarah Indonesia saat membahas peran agama dalam tata pemerintahan. Dimana, Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan yang signifikan, termasuk Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan agama-agama tradisional. Agama telah memainkan peran yang kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam konteks politik. Oleh karena itu, peran agama dalam tata pemerintahan sering kali menjadi topik yang sensitif dan kompleks.
Banyak masyarakat yang menolak konsep Sekularisme. Dan salah satu alasan mengapa banyak warga negara Indonesia menolak sekularisme adalah karena Indonesia memiliki identitas sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Bagi sebagian orang, menolak peran agama dalam pemerintahan bisa dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap nilai-nilai keagamaan yang mereka anut. Selain itu, faktor budaya dan sejarah juga berperan dalam menentukan pandangan masyarakat terhadap sekularisme.
Lantas apa yang dimaksud dengan Sekularisme?Sekularisme adalah konsep bahwa harus ada pemisahan antara agama dengan institusi atau badan negara. Sekularisme menegaskan pemisahan antara agama dan negara, di mana negara tidak memihak pada agama tertentu. Namun, banyak warga negara Indonesia yang menolak konsep ini. Penolakan itu juga di dasari dari Ketidaktahuan dan miskonsepsi tentang sekularisme itu sendiri. Banyak masyarakat yang menganggap bahwa sekularisme adalah penolakan terhadap agama dan menciptakan masyarakat yang tidak religius. Kurangnya pemahaman tentang prinsip-prinsip sekularisme mengakibatkan persepsi negatif terhadap konsep ini.
Pengaruh politik agama yang kuat di Indonesia juga menjadi faktor yang mempengaruhi penolakan terhadap sekularisme. Sejak kemerdekaan Indonesia, Agama telah memainkan peran signifikan dalam politik Indonesia, baik sebagai alat mobilisasi massa maupun alat pemersatu.Â
Bahkan seringkali dimainkan sebagai alat politik yang kuat untuk mendapatkan dukungan massa. Partai politik dengan afiliasi agama sering kali memanfaatkan sentimen keagamaan untuk memperoleh suara dalam pemilihan umum. Hal ini membuat adanya pergeseran identitas politik berbasis agama dan penggunaan simbol-simbol agama dalam kompetisi politik yang seringkali mempengaruhi pengambilan keputusan politik di tingkat nasional maupun daerah.Â
Hal ini mengarah pada pertanyaan apakah agama seharusnya memiliki pengaruh langsung dalam kebijakan publik?. Dalam beberapa kasus, hal ini telah menyebabkan adanya diskriminasi terhadap agama minoritas dan bahkan kekerasan berbasis agama. Polarisasi agama dalam politik telah memperumit upaya mencapai keseimbangan antara agama dan negara dalam konteks demokrasi.
Sepanjang sejarah Indonesia, ada beberapa kasus diskriminasi yang terjadi terhadap agama minoritas yang dilakukan baik oleh anggota kelompok masyarakat maupun oknum pejabat. Beberapa kasus meliputi pembatasan kebebasan beragama, penolakan pembangunan tempat ibadah, hingga tindakan kekerasan terhadap agama minoritas. Kasus-kasus tersebut mencerminkan bahwa peran agama dalam tata pemerintahan masih belum sepenuhnya inklusif. Ketidakadilan dan perlakuan yang tidak setara terhadap agama-agama minoritas menimbulkan kekhawatiran akan pengaruh agama dalam tata pemerintahan, di mana prinsip kesetaraan dan kebebasan beragama tidak sepenuhnya terwujud.Â
Secara prinsip, sistem demokrasi menjamin kebebasan beragama bagi seluruh warga negara. Peran politik identitas serta beberapa kasus diskriminasi yang dilakukan beberapa oknum kelompok masyarakat menimbulkan pertanyaan tentang sejauh mana agama dapat memengaruhi kebijakan publik dan apakah agama harus memiliki posisi khusus dalam pemerintahan terus memunculkan pro dan kontra sekularisme.
Perdebatan pro dan kontra sekularisme menjadi penting dalam upaya mencapai harmoni dan keadilan sosial. Pendukung sekularisme berpendapat bahwa pemisahan agama dan negara diperlukan untuk menjaga kebebasan beragama semua warga negara dan menghindari diskriminasi terhadap agama minoritas. Mereka berpendapat bahwa dengan mengadopsi prinsip sekularisme, negara dapat memperlakukan semua agama secara adil tanpa memihak pada satu agama tertentu. Selain itu, sekularisme juga dianggap sebagai upaya untuk menjaga kemerdekaan individu dalam memilih dan menjalankan agama sesuai dengan keyakinan pribadi mereka.