Meskipun toleransi dianggap sebagai nilai yang penting dalam membangun masyarakat yang harmonis, Popper menekankan bahwa toleransi yang tidak dibatasi dapat menjadi senjata yang digunakan oleh kelompok intoleran untuk menghancurkan prinsip-prinsip demokrasi dan kebebasan.
Selain itu, kita juga perlu mengakui bahwa masyarakat yang sepenuhnya tertutup terhadap pandangan yang berbeda juga dapat berbahaya. Toleransi yang sehat dan konstruktif melibatkan kemampuan untuk mendengarkan, berdialog, dan memahami pandangan yang berbeda tanpa harus setuju dengan mereka. Ini memungkinkan masyarakat untuk berkembang melalui pertukaran gagasan dan penemuan solusi yang lebih baik.
Dalam konteks paradoks toleransi Karl Popper, kita harus berjuang untuk menemukan keseimbangan antara toleransi yang memungkinkan kebebasan berpendapat dan menghargai perbedaan, sambil tetap mengakui batas-batas yang diperlukan untuk melindungi nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia, dan kehidupan harmonis bersama.
Dan meskipun ada batasan yang perlu diterapkan pada toleransi terhadap kelompok intoleran, kita juga perlu berhati-hati agar tidak jatuh ke dalam ketidakmampuan mendengarkan dan memahami pandangan yang berbeda. Dalam menjaga keseimbangan ini, pendidikan dan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai demokrasi akan menjadi kunci untuk membangun masyarakat yang inklusif dan harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H