Dalam melakukan budidaya tanaman terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan salah satunya kelembaban tanah. Tanah yang lembab mencerminkan ketersediaan air yang cukup bagi tanaman. Apabila ketersediaan air kurang, maka tanaman tidak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Kelembaban tanah dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari yang menyebabkan evaporasi pada lahan pertanian. Evaporasi membuat uap air menguap sehingga kondisi air di dalam tanah menjadi berkurang. Hal ini dapat mempengaruhi tanaman dalam melakukan kegiatan fisiologisnya.
Terdapat beberapa cara untuk menekan terjadinya evaporasi seperti contoh penggunaan penutup tanah dan penggunaan mulsa pada lahan pertanian. Masing -- masing cara memiliki keunggulannya tersendiri.
Penutup tanah yang biasa digunakan pada lahan pertanian adalah tanaman dari suku kacang -- kacangan (leguminase) seperti kacang tanah. Terdapat juga penggunaan ubi jalar untuk menutupi permukaan tanah guna mengurangi evaporasi terhadap lahan pertanian. Namun pengunaan tanaman dari leguminasi lebih populer dikarenakan leguminase dapat menyerap nitrogen dari udara dan menyalurkannya ke dalam tanah sehingga tanam mendapatkan tambahan suplai nitrogen yang dibutuhkan oleh tanaman.
Multiple cropping dengan leguminase ini dapat dimanfaatkan untuk mengurangi evaporasi terhadap lahan pertanian. Namun terdapat kekhawatiran juga terhadap kompetisi hara yang akan terjadi di lahan pertanian. Penggunaan leguminase sebagai penutup tanah memaksa tanaman leguminase secara rapat dapat menutupi permukaan tanah sehingga jarak tanam antara leguminase dan tanaman yang dibudidayakan akan berdekatan sehingga menimbulkan resiko terjadinya kompetisi hara.
Cara kedua ini juga menjadi pilihan untuk mengurangi evaporasi lahan tanpa harus terjadi kompetisi hara yaitu pengunaan mulsa. Petani biasanya menggunakan mulsa plastik dengan kombinasi warna perak dan hitam. Bagian perak akan berada di bagian atas sedangkan warna hitam akan berada dibagian bawah.
Selain mengurangi evaporasi sehingga kelembaban tanah tetap terjaga, penggunaan mulsa juga dapat menekan pertumbuhan gulma. Dengan menekan pertumbuhan gulma, resiko kompetisi hara antara tanaman budidaya dengan gulma juga dapat dihindari sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal.
Namun penggunaan mulsa plastik ini menjadi kontroversi yang menimbulkan perdebatan karena seperti yang diketahui plastik susah untuk terurai nantinya. Dan petani pasti akan mengganti mulsanya beberapa kali setelah musim tanam untuk tetap menjaga efektivitasnya. Setelah itu mulsa hanya akan menjadi sampah yang sulit terurai dan mencemari lingkungan.
Oleh karena itu terdapat pilihan untuk menggunakan mulsa organik. Leaf mulch atau mulsa daun dapat menjadi pilihan untuk menggantikan mulsa plastik. Di beberapa negara seperti Swedia, Kanada dan negara Eropa dan Amerika lainnya, mulsa daun sedang dimanfaatkan secara besar -- besaran oleh petani atau warga yang hobi berkebun.
Penerapan mulsa daun ini memiliki beberapa kelebihan tersendiri. Tidak seperti mulsa menggunakan jerami, mulsa daun ini sendiri bahan bakunya mudah ditemukan dimanapun. Untuk menerapkan mulsa jerami, petani harus menunggu tanaman padi dipanen terlebih dahulu untuk meperoleh jeraminya. Namun untuk mulsa daun, dedaunan kering terdapat dimana saja bahkan banyak yang menganggap bahwa dedaunan kering tersebut hanyalah sampah organik belaka.
Dedaunan kering dapat ditemukan dimanapun seperti dijalanan, diperkarangan rumah atau dilingkungan sekitar. Dedaunan kering ini dapat dimanfaatkan sebagai mulsa daun yang dapat melindungan tanah dari evaporasi sehingga kelembaban tanah tetap terjaga.
Mulsa daun juga dapat memberikan nutrisi pada tanah seperti bahan organik, nitrogen dan lain sebagainy. Bahan organik berfungsi sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme di dalam tanah sehingga secara tidak langsung dapat mempertahankan kesuburan tanah (Hardjowigeno, 2010).
Untuk penerapan mulsa daun ini terdapat dua cara yaitu secara langsung maupun dekomposisi terlebih dahulu. Setiap cara memiliki keunggulan dan kekurangannya tersendiri walaupun sama -- sama efektif dalam menjalankan peran sebagai mulsa organik.
Daun kering dapat langsung diterapkan di lahan pertanian untuk menjadi mulsa. Namun akan membutuhkan waktu untuk daun kering mengalami dekomposisi sehingga nutrisi tambahan seperti bahan organik tidak langsung masuk ke dalam tanah. Akan tetapi petani tetap mendapatkan fungsi dari mulsa itu sendiri.
Cara kedua daun di dekomposisi terlebih dahulu sehingga sudah berupa setengah kompos. Dengan begitu mulsa daun tidak hanya manahan proses evaporasi namun juga memberikan tambahan bahan organik ke dalam tanah serta nutrisi -- nutrisi lainnya yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Namun akan membutuhkan waktu untuk mendekomposisi daun kering sebelum dapat diaplikasikan.
Dengan memanfaatkan dedaunan kering disekitar lingkungan, petani dapat melakukan kegiatannya dengan mudah. Modal yang dikeluarkan juga tidak besar bahkan tidak ada karena dedaunan kering berada dimana saja, hanya membutuhkan tenaga untuk mengumpulkan dedaunan kering. Bagi yang tidak melakukan kegiatan bertani, hal ini dapat menjadi peluang bisnis.
Pustaka
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Jakarta: Pressindo.
https://www.gardeningknowhow.com/garden-how-to/mulch/mulching-with-leaves.htm
https://www.happysprout.com/inspiration/how-to-make-leaf-mulch/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H