Mohon tunggu...
Holy Adwi Septiviana
Holy Adwi Septiviana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hello

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pengeruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Prestasi Belajar Siswa

17 Maret 2024   01:55 Diperbarui: 17 Maret 2024   02:54 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh terdiri dari dua kata yaitu pola dan asuh. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola berarti corak, model, sistem. Cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Sedangkan kata asuh memiliki arti menjaga (merawat dan mendidik) anak kecil, membimbing (membantu, melatih, dan sebagainya) dan memimpin (mengepalai dan menyelenggarakan) satu badan atau lembaga. Namun pandangan para ahli psikologi dan sosiologi berkata lain. Pola asuh dalam pandangan Singgih D Gunarsa (1991) sebagai gambaran yang dipakai orang tua untuk mengasuh (merawat, menjaga, mendidik) anak. Tetapi ahli lain memberikan pandangan lain, seperti Sam Vaknin (2009) mengutarakan bahwa pola asuh sebagai "parenting is interaction between parent's and chilldren during their care". Atas pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah suatu keseluruhan interaksi orang tua dan anak, di mana orang tua yang memberikan dorongan bagi anak-anak dengan mengubah tingkah laku, pengetahuan dan nilai-nilai dianggap paling tepat bagi orang tua agar anak bisa mandiri, tumbuh serta berkembang, secara sehat dan optimal, memiliki rasa percaya diri, memiliki sifat rasa ingin tahu, bersahabat, dan berorientasi untuk sukses.

B. Macam -- Macam Pola Asuh Orang Tua

Setiap keluarga menerapkan polah asuh yang berbeda-beda. Ada bermacammacam pola asuhan orang tua. Secara umum Hurlock membagi tiga macam pola asuhan diantaranya :

1. Pola asuhan Authoritarian (Otoriter)

Dengan ciri-ciri orang tua memaksakan kehendak pada anak, mengontrol tingkah laku anak secara ketat, memberi hukuman fisik jika anak bertindak tidak sesuai dengan keinginan orang tuas, kehendak anak banyak diatur orang tua. Pada pola asuh jenis ini biasanya anak-anak tidak memiliki kebebasan untuk menentukan keputusan, bahkan untuk dirinya sendiri karena semua keputusan berada di tangan orang tua dan dibuat oleh orang tua, sementara anak harus mematuhinya tanpa ada kesempatan untuk menolak ataupun mengemukakan pendapat. Ciri khas pola asuh ini diantaranya adalah kekuasaan orang tua dominan jika tidak boleh dikatakan mutlak, anak yang tidak mematuhi orang tua akan mendapatkan hukuman yang keras, pendapat anak tidak didengarkan sehingga anak tidak memiliki eksistensi di rumah, tingkah laku anak dikontrol dengan sangat ketat.

2. Pola asuh Authoritative (Demokratis) 

Pola asuh ini menggunakan pendekatan rasional dan demokratis. Orang tua sangat memperhatikan kebutuhan anak dan mencukupinya dengan pertimbangan faktor kepentingan dan kebutuhan yang realistis. Tentu saja tidak semata-mata menuruti keinginan anak, tetapi sekaligus mengajarkan kepada anak menghargai kebutuhan yang penting bagi kehidupannya. Orang tua juga melakukan pengawasan terhadap aktifitas anak. Anak-anak diberi kebebasan untuk berarktifitas dan bergaul dengan teman-temannya. Orang tua memberikan kebebasan disertai tanggung jawab, bahwa sang anak bisa melakukan kegiatan dan bersosialiasi dengan yang lainya. Penugasan dan tuntutan tanggung jawab dilakukan secara wajar. Orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis ini, biasanya menawarkan berbagai kehangatan dan menerima tingkah laku asertif anak mengenai peraturan, norma, dan nilai-nilai yang dianut dan mau bernegosiasi dengan anak. Dengan aturan yang jelas dan konsisten, anak-anak akan belajar mengetahui apa yang diinginkan dan diharapkan orang tua.

3. Pola asuh Permissif, 

Pada jenis pola asuh ini orang tua memberikan kebebasan penuh kepada anak. Cirinya orang tua bersikap longgar, tidak terlalu memberi bimbingan dan kontrol, perhatian pun terkesan kurang. Kendali anak sepenuhnya terdapat pada anak itu sendiri. Anak dapat mempelajari banyak hal melalui pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, termasuk juga belajar tentang kepribadian.

C. Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh

Ketika seseorang menjadi orang tua maka mereka akan menentukan dan melakukan pola asuh terhadap anak mereka. Pola asuh yang dilakukan oleh setiap orang tua mempunyai perbedan dan pengasuhan anak perlu disesuaikan dengan perkembangan anak. Hal ini terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh yang dilakukan dalam setiap keluarga. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua menurut Hrlock : Pendidikan orang tua, pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan akan mempengaruhi persiapan mereka menjalankan pengasuhan. Dalam mengasuh anaknya, mereka menjadi lebih siap karena memiliki pemahaman yang luas, sedangkan orangtua yang memiliki latar belakang pendidikan terbatas memiliki pengetahuan dan pengertian yang terbatas mengenai kebutuhan dan perkembangan anak sehingga kurang menunjukkan pengertian dan cenderung akan memperlakukan anaknya sengan ketat dan otoriter. 

Ada beberapa cara ang dapat dilakukan menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan antara lain :

1. Terlibat aktif dalam setiap pendidikan anak, menggamati segala sesuatu dengan berorientasi pada masalah anak. 

2. Tingkat sosial ekonomi, orang tua yang berasal dari tingkat sosial ekonomi menengah lebih bersikap hangat dibandingkan orangtua yang berasal dari sosil ekonomi yang rendah. 

3. Kepribadian, kepribadian orang tua dapat mempengaruhi, pola asuh yang konservasif cenderung akan memperlakukan anaknya dengan otoriter

4. Lingkungan, lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai pola-pola pengasuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Orang lahir tidak dengan pengalaman mendidik anak, maka cara termudah adalah meniru dari lingkungan. 

5. Budaya, sering kali orang tua mengikuti cara-cara dilakukan oleh masyarakat dalam mengasuh anak, kebiasaan-kebiasaan masyarakat disekitarnya dalam mengasuh anak. Karena pola-pola tersebut dianggap berhsil dalam mendidik anak kearah kematangan. Orang tua mengharapkan kelak anaknya dapat diterima di masyarakat dengan baik, oleh karena itu kebudayaan atau kebiasaan masyarakat dalam mengasuh anak juga mempengaruhi setiap orang tua dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya.

D. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain. Prestasi berasal dari bahasa Belanda, yang berarti hasil bisnis. Prestasi yang diperoleh dari upaya yang telah dilakukan. Memahami pencapaian tersebut, rasa prestasi diri adalah hasil dari bisnis seseorang. Prestasi dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual, serta ketahanan dalam menghadapi semua aspek situasi kehidupan proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu.  Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti dap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan melalui berbagai macam usaha yang dapat dilakukan oleh guru lain yang lebih penting adalah siswa mampu memahami materi pembelajaran dan menerapkannya pada kehidupannya sehari-hari.

E. Macam -- Macam Prestasi Belajar

Menurut Syah (2010:89-90) mengemukakan pada prinsipnya, pengembangan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Dengan demikian prestasi belajar di bagi ke dalam tiga macam prestasi diantaranya : 

1. Prestasi yang Bersifat Kognitif (Tanah Cipta)

Prestasi yang bersifat kognitif yaitu: pengamatan, ingatan, pemahaman aplikasi atau penerapan, analisis (pemerikasaan dan penilaian secara teliti), sisntesis (membuat paduan baru dan utuh).

2. Prestasi yang Bersifat Afektif (Ranah Rasa)

Prestasi yang bersifat afektif (ranah rasa) yaitu meliputi: penerimaan, sambutan, apresiasi (sikap menghargai), internalisasi (pendalaman), karakterisasi (penghayatan). Misalnya seorang siswa dapat menunjukkan sikap menerima atau menolak terhadap suatu pernyataan dari permasalahan atau mungkin siswa menunjukkan sikap berpartisipasi dalam hal yang dianggap baik dan lain-lain.

3. Prestasi yang Bersifat Psikomotorik (Ranah Karsa)

Prestasi yang bersifat psikomotorik (ranah karsa) yaitu: ketrampilan bergerak dan bertindak, kecakapan ekspresi verbal dan non verbal Misalnya siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang tua, maka si anak mengaplikasikan pelajaran tersebut dalamkehidupan sehari-hari.

F. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik berasal dari dalam dirinya (Internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam rangka membantu siswa mencapai prestasi belajar yang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing.  

Makmun (Mulyasa, 2004:90) mengemukakan komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran, dan berpengaruh terhadap prestasi belajar adalah :

1. asukan mentah menunjukkan pada karakteristik individu yang mungkin dapat memudahkan atau justru menghambat proses pembelajaran.

2. Masukan instrumental, menunjuk pada kualifikasi serta kelengkapan sarana yang diperlukan, seperti guru, metode, bahan, atau sumber dan program.

3. Masukan lingkungan, yang menunjuk pada situasi, keadaan fisik dan suasana sekolah, serta hubungan dengan pengajar dan teman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun