Deforestasi untuk tujuan pembangunan fisik juga semakin menjadi. Penegakan hukum yang dilaksanakan hanya sebagai formalitas membuat regulasi perlindungan sumber daya alam ini masih terkesan lemah.
Sehingga kembali lagi pada statemen di awal tulisan ini, bahwa nasib ketersediaan air terletak pada diri kita, manusia. Ibarat seorang avatar pengendali air, melalui hal-hal sederhana hingga gebrakan besar dapat terwujud ketika kesadaran itu terbentuk.
Anjuran-anjuran seperti menggunakan air secukupnya, mematikan kran saat tak digunakan, harusnya masih dan tetap harus dijalankan. Disusul dengan gebrakan-gebrakan besar seperti penemuan teknologi mutahir.
Aliran air adalah kehidupan, apakah ia akan terus mengalir atau hanya bersisa tetes-tetes kerontang? Hanya kita yang bisa menjawab dan bertanggungjawab.Â
Prediksi ilmuan bahwa puluhan tahun lagi bumi ini akan gersang tanpa air, adalah peringatan besar yang seharusnya bisa membuat kita berpikir beratus kali untuk menghamburkan air atau mencemari sumber-sumbernya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H