Semalam, pada pukul 22.00 WIB, saya dikejutkan notifikasi dari kanal YouTube BigHit Entertaiment, agensi yang menaungi boy band fenomal saat ini, BTS. Mereka merilis comeback trailer untuk album terbaru mereka yang berjudul Map of the Soul: Persona.
Tentu saja ARMY—sebutan untuk para penggemar BTS—sangat antusias. Dalam waktu kurang dari 24 jam, video trailer tersebut telah ditonton 9,9 juta kali dengan 2,4 juta penyuka (data terakhir yang diambil pada Kamis, 28 Maret 2019 pukul 18.35 WIB).
Selain kualitas musik yang mereka suguhkan—dan selalu sukses membuat saya kagum—mereka juga menyampaikan pesan-pesan positif dalam setiap album mereka. Seperti pada November 2017 lalu, mereka menandatangani kemitraan resmi dengan UNICEF untuk mendukung "#ENDviolence"  dalam kampanye sosial "Love Myself". Kampanye yang sangat selaras dengan tajuk trilogi album Love Yourself yang mereka suarakan.
Begitu kuatnya efek dan pesan yang gencar dilakukan oleh BTS, pada 24 September lalu, BTS diberikan kesempatan untuk berpidato pada sidang umum PBB ke-73 di New York. Diwakili oleh RM, sang pemimpin, BTS berpidato untuk peluncuran program terbaru PBB, yaitu "Generation Unlimited". Mereka adalah representasi generasi muda yang diharapkan menginisiasi perkembangan dunia pada tahun 2030 nanti. Bagi yang ingin menyaksikan pidato BTS, dapat menonton di kanal YouTube UNICEF (Pidato BTS untuk PBB).
Pengaruh BTS yang begitu luar biasa membuat para penggemar selalu ingin mengikuti setiap hal yang mereka sajikan. Seperti pada konsep album terbaru mereka kali ini, Â saya bukanlah lulusan Psikologi, tetapi rasa penasaran membuat saya hanyut untuk mendalami dunia yang mereka tawarkan.
Map of the Soul: Persona adalah konsep yang terinspirasi dari teori  psikologi analitis oleh seorang ilmuwan dan psikiater asal Swiss bernama Carl Gustav Jung. Dalam bukunya The Structure of the Psyche, Carl Jung membagi tingkat jiwa manusia berdasarkan kedalaman kesadaran seseorang.
Ego (Kesadaran)
Carl Jung berpendapat bahwa ego dapat membuat kita merasakan bayangan mengenai alam sadar, sementara elemen ketidaksadaran tidak berkaitan dengan ego. Ego sebagai pusat dari kesadaran, tetapi bukan dari kesadaran itu sendiri. Ego bukan keseluruhan dari kepribadian dan harus dipenuhi dengan self (diri).
Pusat kepribadian adalah diri yang justru lebih didominasi oleh ketidaksadaran. Jadi, dalam kajian psikologi analitis, kesadaran memainkan peranan yang relatif kecil.
Â
Ketidaksadaran Personal
Ketidaksadaran personal terdiri dari seluruh pengalaman yang terlupakan, ditekan, atau dipersepsikan secara sublimasi pada seseorang. Ketidaksadaran tersebut mengandung ingatan dan impuls masa silam, kejadian yang terlupakan, serta berbagai pengalaman yang disimpan dalam alam bawah sadar kita. Ketidaksadaran personal kita terbentuk karena pengalaman individual. Setiap orang memiliki alam bawah sadar yang berbeda tergantung dengan pengalaman yang telah dilewati masing-masing. Oleh sebab itu, karakteristik setiap individu serta cara menyelesaikan masalah yang dihadapi akan berbeda satu sama lain.
Ketidaksadaran Kolektif
Berbanding terbalik dengan ketidaksadaran personal, ketidaksadaran kolektif berasal dari leluhur manusia. Ketidaksadaran tersebut diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial. Pengalaman leluhur itu yang kemudian menghasilkan konsep universal, seperti kepercayaan kepada agama, mitos, serta legenda.
Melalui ketidaksadaran kolektif inilah, kemudian Carl Jung mengembangkan beberapa arketipe (model) pada tingkat yang lebih dalam. Kumpulan pengalaman leluhur yang berulang tersebut kemudian mengalami transformasi ketika dirasakan oleh individu ke dalam bentuk gambar dan emosi.
Carl Jung membagi arketipe dari ketidaksadaran kolektif ini ke dalam empat kelompok besar.
1. Persona
Persona berasal dari bahasa Latin yang berarti topeng. Persona adalah sisi kepribadian yang ingin ditunjukkan manusia kepada dunia. Selayaknya orang yang memakai topeng, kita ingin menunjukkan banyak sisi diri untuk mendapatkan penerimaan dari lingkungan.
Kita tidak akan memungkiri bahwa dianggap sosok yang "baik" adalah kebutuhan manusia. Representasi dari persona ini ditampilkan oleh BTS dalam video comeback trailer mereka (Comeback Trailer BTS). Ada empat persona RM—salah satu anggota BTS—tunjukkan dalam video tersebut.Â
Pertama adalah dirinya sendiri, yaitu Kim Nam-Joon. Dia adalah anak laki-laki biasa yang juga menjalani hidup seperti manusia pada umumnya. Kedua, RM sebagai seorang idola. Dia ingin menunjukkan semua hal positif dan menyenangkan untuk para penggemarnya. Mungkin sangat berkebalikan dengan kepribadian yang dia miliki, tetapi itu adalah hal yang harus dia lakukan sebagai seorang artis.
Selanjutnya, RM sebagai rapper/musisi. Saat pertama kali memutuskan untuk menjadi seorang anggota boy band, banyak sekali cemooh yang dia terima, belum lagi dia adalah rapper underground sebelum debut bersama BTS. Namun, pada video ini dia ingin menunjukkan bahwa menjadi anggota boy group bukanlah hal memalukan sebagai rapper. Ia bahkan telah diakui sebagai musisi andal. Terbukti, bersama BTS RM telah menghasilkan ratusan lagu atas nama dirinya dan telah terdaftar dalam KOMCA (Korean Music Copyright Association).
Terakhir adalah persona RM sebagai seorang pemimpin (leader) grup BTS. Dia adalah orang yang bertanggung jawab pada kesuksesan BTS saat ini. Dia akan memasang badan paling pertama untuk hujatan yang diberikan kepada grupnya, selalu menjadi sosok yang bisa menjadi contoh dan sandaran bagi rekan-rekannya.
Kita tidak dapat menampik bahwa persona memang sisi yang dibutuhkan dalam  kehidupan. Hanya yang perlu diingat, jangan sampai mencampuradukkan persona dengan kepribadian kita yang sesungguhnya. Saat persona semakin mendominasi kepribadian seseorang, maka kita tidak akan menyadari bentuk individualitas dan terhalang untuk meraih realisasi diri. Oleh karena itu, BTS menggalakkan pesannya untuk mencintai diri sendiri terlebih dahulu.
2. Shadow (Bayangan)
Shadow (bayangan) adalah arketipe yang merepresentasikan kualitas-kualitas yang berusaha kita sembunyikan dari orang lain, bahkan diri kita sendiri. Bayangan terdiri dari konstruktif dan kreatif lain yang takut kita hadapi.
Arketipe bayangan adalah bentuk titik balik dari seorang manusia. Bagi kita yang terus terkungkung dalam "bayangan" akan membuat rasa tidak percaya dan ketakutan terhadap diri sendiri. Butuh keberanian yang besar untuk membuka "bayangan" dan menemukan jati diri kita.
Para penggemar telah berteori dan yakin bahwa konsep album setelah Map of the Soul: Persona adalah Map of the Soul: Shadow. Mungkin saja album tersebut akan menceritakan BTS dalam "bayangan" dan cara mereka keluar dari "bayangan" tersebut.
3. Anima/Animus
Menurut Carl Jung, semua manusia secara psikologis bersifat biseksual dan memiliki sisi maskulin dan feminin. Sisi feminin laki-laki berasal dari ketidaksadaran kolektif yang disebut anima. Anima berakar dari pengalaman-pengalaman laki-laki sebelumnya dengan perempuan, seperti ibu, saudara perempuan, dan kekasih yang berpadu membentuk gambar umum perempuan. Anima tidak ditunjukkan dalam bentuk fisik perempuan, melainkan secara bias yang merepresentasikan perasaan irasional dan suasana hati.
Pada perempuan, arketipe maskulin disebut animus. Animus lebih condong menunjukkan pemikiran dan penalaran simbolis. Pengalaman-pengalaman animus yang didapatkan seorang perempuan berasal dari ayah, saudara laki-laki, kekasih, ataupun anak laki-laki. Carl Jung yakin bahwa animus bertanggung jawab terhadap pola pikir dan opini pada perempuan sama seperti anima menghasilkan perasaan dan suasana hati pada laki-laki.
Selanjutnya, perkembangan dari arketipe ini akan menghasilkan jenis lain, yaitu Great Mother (Ibu Agung), Wise Old Man (Orang Tua Bijak), dan Hero (Pahlawan).
Â
4. Self (Diri)
Carl Jung menyebut kecenderungan bawaan manusia untuk bergerak menuju perubahan, kesempurnaan, dan kelengkapan yang diwarisi sebagai self (diri). Diri terdiri atas kesadaran dan ketidaksadaran pikiran lalu diintegrasi dari semua arketipe; kekuatan pria dan wanita, kebaikan dan kejahatan, serta gelap dan terang. Penyatuan elemen-elemen yang bertentangan ini kemudian membentuk kepribadian secara total dalam sebuah realisasi diri.
Menurut beberapa penggemar, Map of the Soul: Ego, yang merupakan bentuk realisasi diri dalam bentuk kesadaran akan menjadi tajuk terakhir dari trilogi album Map of the Soul.
Setelah mempelajari tentang arketipe tersebut, saya semakin yakin bahwa BTS tidak sembarangan dalam mengonsep album. Ketujuh pemuda tersebut ingin menggunakan musik mereka sebagai pengubah dunia. Mereka menyebarkan pesan positif dan turut berbagi kebahagian pada sesama manusia.
Map of the Soul adalah bentuk cerita dari fase  yang mereka lalui sebagai manusia dan musisi dunia. Mereka pernah dengan segala upaya menunjukkan banyak persona agar mendapat pengakuan dunia, melawan shadow yang membuat mereka takut berkarya, menyembunyikan sisi anima agar tidak disebut pria "cengeng". Namun, pada akhirnya mereka sadar bahwa yang harus mereka lakukan adalah menerima segala bentuk kekurangan yang mereka miliki, lalu menggabungkan dengan hal positif yang telah ada untuk membentuk self sebagai titik akhir realisasi diri mereka.Â
Akhirnya, pengalaman itu yang kini mereka sampaikan pada dunia bahwa setiap individu di dunia ini bisa melawan ketakutannya bersama-sama. Inilah yang membuat saya semakin kagum dan yakin bahwa BTS akan menjadi  musisi yang melegenda di masa mendatang.
Seperti kebanyakan orang, saya memiliki banyak kesalahan, saya punya banyak lagi ketakutan, tetapi saya akan merangkul diri saya sekeras yang saya bisa dan saya mulai mencintai diri saya sendiri secara bertahap. Mungkin saya membuat kesalahan kemarin, tetapi saya yang kemarin tetaplah saya, hari ini saya dan siapa saya. Besok, saya mungkin sedikit lebih bijak, dan itu akan menjadi saya juga. Saya telah mencintai diri sendiri untuk siapa saya dan akan menjadi seperti apa saya nanti. Tidak peduli siapa kamu, dari mana kamu berasal, warna kulitmu, identitas gendermu, berbicaralah pada dirimu sendiri. Temukan namamu dan temukan suaramu—Kim Nam-Joon/RM BTS dalam pidato di UN PBB, 24 September 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H