Majas dan diksi bukan hanya digunakan dalam puisi. Pada dasarnya kedua hal ini berfungsi untuk memperindah kalimat. Tidak dapat dibohongi, jika kita dapat mengolah dua aspek tersebut, tulisan kita akan terasa mahal. Misal, kita ingin mengungkapkan tokoh yang merasa takut sehingga kesulitan bernapas.
Nyeri kembali menghantam dadaku. Duri-duri mencekat tenggorokan dan pasokan udara dalam paru-paruku semakin menipis. Rasanya aku seperti balon udara yang kehabisan helium.
Dengan menggunakan bumbu penyedap yang pas---majas dan diksi---kita dapat membuat pembaca semakin ingin menikmati karya fiksi yang kita buat.Â
Alur Cerita yang Jelas
Saat menulis cerpen ataupun novel, alur adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan. Ada tiga macam alur yang bisa dipilih penulis, yaitu alur maju, alur mundur, dan alur maju mundur (campuran). Penyakit buruk dari para penulis baru adalah suka menulis alur amburadul. Saya pernah menemukan penulis yamg menggunakan alur campuran.Â
Namun, penempatan alurnya sangat tidak tertata. Pada bab pertama, penulis membuat alur mundur, yaitu tokoh memikirkan masa lalunya (kilasan balik) lalu alur bergerak maju.
Setelah cerita berjalan empat bab, penulis kembali memundurkan alur dan di dalam alur mundur itu, penulis kembali menyelipkan kilasan balik. Ada kilasan balik di dalam kilasan balik. Jelas, hal seperti ini membingungkan pembaca bahkan editor ahli sekalipun.
Oleh karena itu, saat menyusun alur cerita pastikan kita menata alur dengan baik. Buat konsisten tanpa perlu berputar-putar. Jika memilih alur campuran seperti kasus di atas, cukup buat satu kilasan balik yang merupakan poin paling krusial dalam cerita, sisanya bisa kita jabarkan dengan alur maju.
Tokoh yang Kuat dan Manusiawi
Saya pernah membaca cerita yang karakter utamanya seperti tidak punya semangat menyelesaikan konflik yang dialaminya. Hidup tidak ada guna, mati pun tidak berbekas.Â
Mungkin kalimat itu adalah gambaran yang cocok untuk menggambarkan kehidupan tokoh. Membuat tokoh yang hanya diliputi kesedihan tanpa ada usaha untuk mengubah hidupnya tidak akan membuat pembaca simpati terhadap tokoh fiksi yang kita ciptakan. Yang ada pembaca justru malas dan ingin segera menutup buku.Â