Mohon tunggu...
Nur Cholish Majid
Nur Cholish Majid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berkelana sambil belajar

Seorang Musafir Kelana

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jembatan Nusantara Emas

31 Desember 2020   16:31 Diperbarui: 31 Desember 2020   16:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada Maret 2020 lalu, World Happiness Report menerbitkan hasil studi tentang Negara paling bahagia di dunia, hasilnya dari 156 negara, Finlandia menempati posisi teratas, disusul Denmark dan kemudian Swiss.

Apa itu bahagia?

Berdasarkan dari studi tersebut, Finlandia menjadi Negara paling bahagia karena tingkat korupsi yang sangat rendah. Selain itu, meski pemerintah Finlandia menarik pajak yang tinggi kepada warganya namun semua itu digunakan untuk jaminan sosial seperti penyediaan pendidikan gratis dan memberi dukungan kepada penganggur.

Jadi inti dari kebahagiaan rakyat Finlandia adalah kepercayaan yang berasal dari integritas tinggi penyelenggara Negara dan juga saling berbagi melalui jaminan sosial yang dikenal sebagai Kela. Hal yang tak jauh berbeda terjadi di Denmark dan Swiss.

Lalu bagaimana dengan Indonesia?

Berdasarkan studi itu pula, Indonesia "hanya" menempati urutan ke-84 negara paling bahagia. Sebuah peringkat yang berarti memiliki sangat banyak ruang untuk improvisasi demi kebahagian segenap Bangsa Indonesia.

Kebahagiaan itu berasal dari hati, dengan meniru apa yang terjadi di Finlandia, kepercayaan dan saling berbagi adalah salah dua kunci untuk mencapai kebahagiaan.

Sedangkan menurut penulis pribadi, kebahagiaan itu terbagi menjadi 3 macam.

Pertama kebahagiaan yang berfokus pada diri sendiri. Kebahagiaan jenis ini cenderung pada sikap egois dan bisa berasal dari tindakan menyakiti atau menindas orang lain. Seperti kebahagiaan para provokator, penyebar hoax dan pengadu domba.

Kedua, kebahagiaan karena orang lain, kebahagiaan ini berasal dari saling berbagi dan tolong menolong. Sehingga seseorang akan merasa bahagia apabila dapat membahagiakan orang lain seperti menyantuni orang yang dirasa kurang mampu ataupun menolong orang yang sedang kesusahan. Adakalanya kebahagiaan seperti ini diselimuti kebanggaan pribadi karena perasaan telah berjasa pada orang lain.

Ketiga, kebahagiaan karena orang lain bahagia. Turut merasa bahagia ketika orang yang tanpa sangkut pautnya dengan kita mendapatkan kebahagiaan tanpa adanya sikap nyinyir adalah tanda hati yang gampang untuk bahagia.

Berbagi Kebahagiaan Selama Pandemi

Meski dalam beberapa tahun ini, koneksi antar wilayah di Indonesia sudah semakin meningkat menuju tidak adanya lagi batasan antardaerah dengan dibangunnya berbagai macam infrastuktur transportasi dan telekomunikasi. Menyebabkan pergerakan akses barang dan informasi menjadi begitu cepat dan efisien.

Namun ketika merebaknya pandemi covid-19, membuat akses pergerakan menjadi dibatasi bahkan hingga penutupan sebagian akses keluar masuk pada beberapa wilayah. Hal ini membuat banyak orang merasakan frustasi dan tidak bahagia, apalagi mereka yang terdampak secara langsung baik dari segi ekonomi maupun kesehatan disebabkan pandemi.

Penulis pun selama masa pandemi mencari tambahan melalui jual beli secara online untuk membatasi interaksi fisik seperti yang dianjurkan pemerintah. Hal itu membuat penulis menyadari bahwa ada sesuatu yang lebih penting daripada sekadar terhubungnya fisik, yaitu saling terhubungnya hati.

Penulis merasa bahagia ketika ada banyak orderan yang masuk. Sehingga berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik kepada pelanggan sehingga mereka loyal dan selalu melakukan pembelian kembali.

Ternyata kebahagiaan itu bukan hanya milik penulis pribadi tapi juga menyebar kepada pembeli yang puas dengan barang yang sesuai pesanan dan tiba tepat waktu, sehingga pembeli tidak sungkan untuk memberikan ulasan positif dan merekomendasikan produk beserta toko tempatnya membeli. Hal itu membuat kebahagiaan penulis berlipat ganda.

Penulis juga bahagia ketika supplier mengirimkan barang yang sesuai pesanan dan tepat waktu serta tidak cacat produksi. Ternyata dalam satu transaksi jual beli ada satu rantai panjang kebahagiaan yang terus disalurkan dari hati ke hati dengan menjaga kepercayaan atau integritas dalam setiap transaksi.

Dengan usaha yang lancar sehingga pemasukan tetap stabil dimasa pandemi, dapatlah penulis berbagi kebahagiaan kepada keluarga dan kerabat. Meskipun tidak bisa berkumpul karena adanya pembatasan transportasi, namun masih bisa berkirim hadiah seperti mengirimi kado bagi keponakan yang berulang tahun, memberi hadiah bagi ibunda di kampung serta menyantuni anak kerabat yang yatim dan kesulitan semasa pandemi ini.

Hati yang bahagia menjadikan pikiran tenang sehingga kalem menghadapi berbagai situasi terutama hoax-hoax dan provokasi yang menyebar tiada henti setiap hari. Seperti halnya Virus Covid-19, kebahagiaan juga dapat menyebar dan menular. Hanya saja medium kebahagiaan setiap orang berbeda-beda, temukan medium itu dan segera bagikan. Karena muka orang yang tersenyum bahagia saja dapat memberikan kebahagiaan pada orang lain yang melihatnya.

Jembatan Kebahagiaan

Selama berjualan inilah interaksi dengan agen dan kurir JNE meningkat karena hampir setiap hari menerima maupun mengirim paket. Mereka inilah penghubung kebahagiaan seperti motto JNE, connecting happiness.

Sehingga menjadikan apa yang diantarkan oleh para kurir JNE lebih dari sekadar paket kiriman biasa, karena di dalamnya terkandung harapan, impian, cinta dan kebahagiaan. Seperti dimasa pandemi di mana dengan mendapatkan kiriman tepat waktu atau paket dari orang yang disayang saja sudah sangat membahagiakan.

Belajar dari filosofi jasa pengiriman JNE yang baru saja berulang tahun yang ke-30. Selama 3 dekade JNE telah mempertahankan kepercayaan masyarakat yang membuktikan bahwa integritas mereka sebagai jasa pengiriman barang tidak perlu diragukan lagi. Sehingga konsumen tidak perlu takut menitipkan barangnya untuk diantarkan oleh JNE ke tempat tujuan. Lagi-lagi integritas adalah salah satu kunci kebahagiaan sehingga menimbulkan kepercayaan pada setiap pengirim untuk mempercayakan paketnya kepada JNE.

Kita bisa belajar dari setiap kurir JNE yang berusaha mengirimkan setiap paket ke alamat yang tepat dengan cepat tanpa memandang perbedaan SARA. Di sini JNE sudah mencapai kebahagiaan tahap ketiga yaitu bahagia karena orang lain bahagia. Mereka tidak saling mengenal, hanya terhubung melalui paket yang diantarkan, namun kebahagiaan yang dibawa dalam sebuah paket telah menghubungkan hati antara pengirim dan penerima.

Di sinilah JNE dapat mengambil peran untuk menjadi jembatan hati dalam berbagi kebahagiaan. Dengannya saudara di Merauke dapat merasakan kebahagiaan saudara di Sabang demikianpun sebaliknya. Ibarat satu tubuh jika ada satu bagian yang menderita maka semua akan merasakan deritanya dan jika satu bagian yang bahagia maka semua akan bahagia.

Dengan bekal itu, semoga JNE mampu menjadi Jembatan Indonesia Emas yang menghubungkan hati setiap insan Indonesia untuk berbagi kebahagiaan guna menyongsong Indonesia Emas 2045 dan generasi emas yang dimulai dari bonus demografi yang diprediksi para ahli mulai diterima Indonesia pada tahun 2030.

Sehingga bangsa kita tidak hanya terhubung secara fisik namun juga secara hati. Dan pada gilirannya kelak menciptakan persatuan yang hakiki pada Negara yang terus menerus mengalami pergesekan yang memanaskan hati akhir-akhir ini. Dan akhirnya kebahagiaan menyebar ke segenap penjuru Indonesia seperti tersebarnya infrastruktur di seluruh wilayah bumi pertiwi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun