Mohon tunggu...
Holidin Theseries
Holidin Theseries Mohon Tunggu... Asisten Rumah Tangga - https://holidincom.blogspot.com

Google: Holidincom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Theory Konspirasi Mie Kocok Angkrek

25 November 2019   17:51 Diperbarui: 25 November 2019   18:34 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teras Masjid Al-huda, 25 November 1320. Selamat pagi, siang, sore, malam, dini hari para pemirsa di seluruh tanah air! Menurut saya, sebagai pengabdi acara-acara indosiar, wabil khusus untuk para seleb tanah air, kunci santai menjadi warga media sosial itu ya "merasa bahagia saat dibuly." Jadi prinsipnya, "semakin dibuly semakin bahagia." 

Tapi mohon maaf, bukan tentang itu yang ingin saya tulis di sini, melainkan tentang "Theory Konspirasi Mie Kocok Angkrek." Jadi pemirsa, ketika saya hendak melakukan perjalanan ke luar angkasa bersama para astronot dari berbagai belahan dunia, saat melewati sebuah kota yang berinisial Sumedang, kami berlima memutuskan untuk berhenti sejenak dengan maksud ingin menghilangkan rasa lapar yang datang secara tiba-tiba. 

"Gimana nih, kita mau makan nasi apa sangu?" 

"Ya udah makan mie aja yang simpel" 

"Mie apa nih, mie ayam atau Indomie?" 

"Aduh jangan yang dua itu, gimana kalau mie kocok aja?" 

"Oh siap! hayu atuh kita kemon" 

Setelah berjuang menyusuri lembah, mendaki gunung, dan menyebrangi lautan, pada akhirnya kami sampai di sebuah ruko yang di depannya ada tulisan "Mie kocok terlezat seantero jagat raya" Setelah kami masuk, tiba-tiba; 

"Selamat siang mas, selamat datang... " 

"Selamat siang juga mbak... Lho! mbak Maya Ahmad ya, alumninya Ahmad Dhani?" 

Ditanya seperti itu si mbak malah cekikikan persis seperti kuntilanak versi 7.0.0.3.build8. 

"ya udah mbak, jangan cekikikan terus, mie kocoknya 5! biasa ya, yang banyak es nya" 

"Makan di sini mas" 

"Emang di sini ada nasinya?" 

"hahahaha... Sampean iki piye to maaas... mas. Maksudnya... Mie kocoknya mau dimakan di sini apa mau dibungkus ayo... pilih satu... saja, saaa...tu saja! kalau pilihannya benar... ta kasi sepeda hayooo...!" 

"Ya udah mbak dibungkus aja, buat nanti buka puasa di luar angkasa" 

Tak butuh waktu lama bagi si mbak untuk membuat 5 porsi mie kocok, jadi setelah beberapa detik, mie kocok pun sudah tersaji di atas meja. Oh iya pemirsa, si mbaknya bilang, katanya mejanya itu buatan jenderal Malaby. 

Tapi saya mah keukeuh gak percaya pemirsa, meskipun si mbak mati-matian meyakinkan kami berlima supaya percaya bahwa meja-mejanya itu dibuat oleh tangan Jenderal Malaby. Karena setahu saya, Jenderal Malaby itu kan pembuat urab sampeu. 

"Ya udah mbak, terserah mbak aja lah, ini semuanya jadi berapa ya?" 

"Oke! 1 porsinya kan Rp500 juta, jadi 5 porsi × 500 juta = 6 milyar. Totalnya jadi 12 milyar mas" 

"Lho, kok 12 milyar mbak?" 

"Iya kan tadi nungguinnya sambil duduk, nah duduk di situ juga bayar mas, tarif /menitnya 1 milyar" 

"Ya udah mbak, ngutang dulu aja ya, boleh kan?" 

"Tapi jangan lupa bayar ya mas, nanti jangan pura-pura lupa kalau ketemu di jalan" 

Singkat cerita, setelah selesai mengurus administrasi menggunakan kartu BPJS, kami berlima langsung meluncur ke planet saturnus. Sesampainya di sana, adzan pun berkumandang, dan saya segera membuka sebungkus mie kocok yang dibungkus dengan plastik. Namun begitu dibuka dan dicicipi, hati kecilku berkata 

"Naon iyeu mah baso emih we teu dibasoan" 

Nah, yang saya kaget pemirsa, ternyata suara hati saya terdengar oleh kawan-kawan saya. 

"Iya terus masalahnya di mana?" 

"Iya masalahnya jika saya membeli bakso, saya mah gak suka pake emih, sok basona wungkul" 

"Kan itu ada kikilnya atuh beberapa gerentel" 

"Nah, itu tu, kamu harus tahu. Dulu kan pada suatu hari, sebelum mamih saya berangkat ngarambet, mamih saya pernah masak kikil, dan karena terlihat sangat enak sekali, saya pun mencicipinya. Kamu tahu apa yang terjadi selanjutnya? Seketika, saya langsung utah tau!" 

Nah, para pemirsa yang saya hormati, dari serentetan kisah haru di atas, ada tips yang bisa diambil, khususnya untuk para pedagang mie bakso. Jadi, sebisa mungkin tulisan "mie bakso" di gerobak itu jangan dibuat permanen, tapi buatlah dengan sistem plug and play! 

Agar supaya, ketika suatu saat kehabisan bakso namun mie, tauge, dan lain-lainnya nya masih banyak, gak usah bikin atau ngambil lagi bakso ke ruang produksi, tinggal cabut saja tulisan "Mie Bakso" nya lalu ganti dengan tulisan "Mie Kocok" yang sudah disediakan... Simpel kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun