PAKEM harus didukung oleh sikap guru yang berpikiran terbuka, mendengarkan pendapat siswa, menghargai pendapat siswa, memberikan masukan, memberi semangat, menumbuhkan rasa percaya diri, membiarkan siswa mencoba sebelum membantu, tidak mengejek, membiasakan siswa mendengarkan orang lain, dan menoleransi kesalahan serta mendorong koreksi.
PAKEM menciptakan lingkungan kelas yang kondusif untuk pembelajaran seperti memuat berbagai sumber belajar, buku, benda nyata, media, dan hasil karya siswa, menyediakan bahan dan peralatan pembelajaran, membuat meja dan kursi nyaman, dan memiliki sudut baca. Saat ini akronim PAKEM menjadi PAIKEM dengan tambahan I untuk inovatif.
Bahasa Asing & Pendekatan Pengajarannya
Permasalahan pembelajaran bahasa asing di Indonesia adalah: (a) lulusan SMU sulit berbicara dan menulis dalam bahasa target, (b) penguasaan bahasa target yang baik terbantu dengan mengikuti kursus privat, (c) guru terlalu mengandalkan buku teks, dan (d) guru fokus terlalu banyak pada fitur linguistik.
Pengajaran bahasa Inggris contohnya di sekolah menengah di Indonesia condong menggunakan prinsip/karakteristik yang mengadopsi CLT dengan Pendekatan Wacana (Celce-Murcia et al., 1995). Pendekatan ini menempatkan kompetensi wacana sebagai tujuan akhir, yang didukung oleh kompetensi sosial budaya, kompetensi linguistik, kompetensi tindakan, dan didukung oleh kompetensi strategis. Oleh karena itu, target kompetensi bahasa Inggris siswa sekolah menengah di Indonesia adalah kemampuan menghasilkan berbagai jenis teks (genre) interpersonal, transaksional, dan fungsional, seperti narasi, deskripsi, prosedur, laporan, recount, berita, eksposisi, penjelasan, diskusi. , review, anekdot, dan spoof.
Mustinya, selain bahasa Inggris dianggap sebagai sarana untuk pengembangan diri, memperoleh pengetahuan, dan komunikasi global, prosedur pengajarannya mengambil teknik tiga fase, yaitu pra-kegiatan, kegiatan utama, dan pasca kegiatan serta seluruh materi dalam standar isi (SK-KD) harus diajarkan. Mereka termasuk jenis teks interpersonal, transaksional, dan fungsional. Bahan ajarnya juga harus dari berbagai mata pelajaran, dan mencakup wilayah lokal, nasional, regional, dan internasional.
Prinsip lainnya adalah fokus pengajaran harus pada keterampilan: mendengarkan, membaca, berbicara, dan menulis. Pendekatan pengajaran harus dikontekstualisasikan dengan kehidupan nyata siswa; Siswa dituntut untuk mencari contoh lain dari lingkungannya, selain contoh yang diberikan guru/buku teks.
Perlu adanya pedoman dalam mengkonstruksi teks, yaitu dalam menentukan fungsi sosial, struktur teks/makna, dan ciri kebahasaan teks. Sasaran belajar-mengajar adalah kemampuan siswa dalam menghasilkan teks lisan dan tulis dan harus ada kegiatan interaktif antara guru dan siswa, antar siswa.
Meskipun kegiatan belajar-mengajar meliputi tatap muka, latihan terstruktur, dan kegiatan mandiri, kegiatan harus mengembangkan kecakapan hidup: kecakapan pribadi, sosial, akademik, dan kejuruan. Kegiatan harus bertujuan untuk: (a) mengembangkan sikap positif terhadap keberagaman, dan (b) menghormati dan menghargai nilai-nilai budaya lokal, nasional, regional, dan internasional dan harus fokus pada siswa dan mengembangkan inisiatif, kreativitas, pemikiran kritis, dan belajar mandiri sehingga capaian pembelajaran tidak melulu soal kompetensi berbahasa (language competance) tapi juga performa berbahasa (language performance) yang semestinya lebih mengemuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H