Visi
Pada kenyataannya, visi ini bukanlah hal yang baru, lebih tepat jika dikatakan sebagai pembaharuan pandangan atau visi pendidikan Islam. Seperti kembali ke visi pendidikan klasik meski tidak tradisional ataupun konvensional jika merujuk ulang ke model pendidikan zaman Nabi, yakni mencakup praktek dan relevansi.Â
Sebuah model pendidikan yang menekankan substansi pendidikan dan relevansinya berupa pengalaman-pengalaman keseharian dan permasalahan di awal Islam. Meskipun kandungan pendidikan Islam tidak diperdebatkan lagi disiplin ilmu mendasarnya seperti aqidah, tafsir, fiqh dan yang lainnya, tetapi proses pelaksanaannya musti dilakukan secara alami dan sejalan dengan minat peserta didik yang berkait erat dengan isu-isu yang muncul di konteks terkini pendidikan.
Perbedaan mendasar visi pendidikan Islam ditawarkan Dawud Tauhidi adalah pengajaran tentang Islam dan pengajaran bagaimana menjadi seorang Muslim. Tauhidi menegaskan bahwasanya pendidik Muslim dalam banyak hal lebih mengajarkan fakta-fakta tentang Islam dan belum menemukan pengembangan sebuah program yang sistimatis untuk mengajar tentang menjadi seorang Muslim secara alami.
Pendidik Muslim harus menjadi lebih sadar akan peranan penting faktor-faktor yang berperan dalam pembelajaran yang efektif, yaitu bermakna (meaningful), integral (integrative), bernilai dasar (value-based), menantang (challenging) serta aktif (active).
Pendidik Muslim harus menyadari bahwa tiap aspek dari pengalaman belajar mengajar benar-benar membawa nilai-nilai pada siswa dan memberi kesempatan bagi mereka untuk belajar tentang nilai. Oleh karena itu, pendidik harus meningkatkan kesadaran akan nilai/martabatnya serta bagaimana nilai-nilai tersebut mempengaruhi perilaku sebagai model peranan dan apa yang siswa pelajari dari pengalaman mereka sendiri, orang lain dan terkait dengan Islam.
Pengajar di pendidikan Islam bisa dibilang efektif kalau mempersiapkan diri dengan peningkatan pengetahuan dasarnya secara berkelanjutan, membetulkan tujuan dan kandungan pada kebutuhan siswa, mengambil manfaat dari kejadian yang terbentang dari momentum pengajaran serta mengembangkan percontohan yang secara langsung berhubungan dengan anak didik.Â
Lebih lanjut, pembelajaran harus menjadi lebih aktif dengan menekankan aktifitas gerak tangan dan pikiran hand-on dan mind-on yang mengajak peserta didik bereaksi pada apa yang mereka pelajari serta menggunakannya di dalam kehidupan mereka yang berarti.
Faktor-faktor kunci yang diketengahkan Tauhidi diatas merupakan gambaran visi yang jelas yang berdasarkan dinamika pandangan Islam dan pendidikan Islam. Sebuah pandangan yang berakar pada misi Islam yang membawa dampak positif sedangkan tujuan pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang mampu membawa misi suci tersebut secara emosional, moral dan intelektual.
Al-thariqatu ahammu min al-madda wa al-ustadzu ahammu min al-thariqah, bahwa cara atau metode itu mempunyai peranan yang lebih penting dari pada materi ajar tetapi pengajar jauh lebih penting dari cara itu sendiri.
Beranjak dari falsafah pendidikan yang merupakan aktivitas fikiran yang teratur sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan  proses pendidikan, nampaknya Tauhidi memahami betul capaian akhir pendidikan Islam, yakni tidak sekedar teori tapi praktek pelaksanaan; penguasaan ilmu keagamaan sekaligus menjadi seorang yang agamis dengan keilmuannya. Sebagaimana yang ditegaskan oleh Mohd. Labib al-Najihi (1967) dalam bukunya, Pengantar pada Falsafah Pendidikan bahwa falsafah pendidikan dapat menjelaskan nilai-nilai dan ma’lumat-ma’lumat yang diusahakan untuk mencapainya. Dengan ini maka falsafah pendidikan dan pengalaman kemanusiaan merupakan anasir yang bersatu dan berpadu.