-      Argumen intrinsik menyatakan bahasa Inggris sebagai bahasa yang kaya, terhormat dan menarik. Argumen seperti ini berusaha meninggalkan kesan bahwa bahasa Inggris adalah seperti itu, sedangkan bahasa lain tidak.
–      Argumen ekstrinsik menyatakan bahwa bahasa Inggris adalah bahasa yang sudah mapan: karena ia memiliki banyak penutur dan banyak tersedia pengajar berpengalaman dan materi pengajaran yang berlimpah.
–      Argumen fungsional yang menekankan bahasa Inggris sebagai pintu gerbang dunia.
–      Argumen kegunaan ekonomi bahwa bahasa Inggris memungkinkan mengoperasikan teknologi.
–      Fungsi ideologisnya bahwa bahasa Inggris mewakili modernitas.
–      Statusnya sebagai simbol kecukupan materi dan efisiensi.
Setelah pembaca menyimak berbagai argumen di atas, maka tidak heran bukan kalau banyak berdiri sekolah-sekolah yang menetapkan bahasa Inggris sebagai bahasa utama dalam proses pengajaran. Kalau pun sistem sekolah itu dibawakan secara bilingual, paling bahasa keduanya adalah bahasa Mandarin.
Tidak sampai di situ saja. Jika pembaca teliti menyimak berbagai status yang dilontarkan di berbagai media sosial, banyak muda-mudi yang menuliskan status dengan bahasa Inggris, tapi apakah pembaca pernah menanyakan, kalau mayoritas, atau kalau tidak semua teman di lingkaran pertemanan di media sosial orang Indonesia semua, perlukah memakai bahasa Inggris?
Memang, sebagian barangkali berpendapat yang namanya bahasa ibu tidak dapat hilang begitu saja. Akan tetapi, di sini bukan masalah hilang atau tidaknya, tetapi berbahasa yang baik dan benar, karena itulah identitas kita. Aneh bukan bila melihat seorang asing dapat lebih mahir menggunakan bahasa Indonesia baik formal maupun non-formal, sedangkan kita sendiri hanya dapat berbahasa Indonesia secara non-formal, giliran berbahasa formal pletat-pletot.
Lagipula, apakah betul berbahasa Inggris mewakili kemajuan teknologi dan modernitas? Menurut penulis tidak selalu demikian. Benar adanya negara-negara maju dan berbahasa Inggris, tak usah jauh-jauh, tengok Singapura. Tapi ingat, masih banyak pula negara-negara maju yang rakyatnya tidak identik bisa berbahasa Inggris, seperti Jepang, Korea Selatan, Prancis, Jerman.