Mohon tunggu...
Hoja Nasarudin
Hoja Nasarudin Mohon Tunggu... -

Urip kuwi mung mampir ngombe, ora bakal urip selawase ( Hidup itu Cuma ibarat mampir minum , ga bakal hidup selamanya )

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Dijual Kaveling di Neraka, Minat?

10 Desember 2016   09:23 Diperbarui: 10 Desember 2016   10:35 620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

Alangkah buruknya,

Orang yang menyembah Allah

Lantaran mengharap surga

Dan ingin diselamatkan dari api neraka

Seandainya surga dan neraka tak ada

Apakah engkau tidak akan menyembah-Nya? ...*

____________________________________________

"Gini hari kok sudah tidur Hoja, gih pulang tidur di rumah aja," seru Iblis, tiba-tiba muncul di samping Hoja.

Terkaget, Hoja memaki Iblis, "Dasar makhluk laknat, kerjamu mengganggu manusia saja, sana pergi, aku mau tidur-tiduran, mumpung daganganku sepi!"

"Terima kasih Hoja untuk umpatanmu itu, aku menganggap sebagai pujian darimu," ujar Iblis.

"Dasar sinting, umpatan kok dianggep pujian, sudah sana, jangan ganggu aku!" Seru Hoja.

"Tenang Hoja, nanti aku akan pergi, namun aku punya proposal bisnis ke kamu, aku rasa kau akan suka, kau akan untung besar Hoja!" Ucap Iblis.

"Ucapanmu pasti tidak ada yang mengandung kebenaran, tapi ada yang membuat aku ingin tau, sejak kapan Iblis berbisnis? Bukannya tugasmu untuk menjerumuskan manusia ke neraka?" Tanya Hoja.

"Benar sekali Hoja, inilah bisnis yang akan aku tawarkan ke kamu, kamu tau kan aku penghuni neraka, bahkan bisa dibilang aku pemilik neraka, betul kan Hoja?, tanya Iblis.

"Betul sekali, itu sudah kepastian akhir hidupmu nanti, namun bisnis apa yang akan kau tawarkan?" selidik Hoja.

"KAVELING NERAKA, HA.... HA.... HA," jawab Iblis sambil tertawa terbahak-bahak. 

"Dasar Iblis, siapa pula mau beli kaveling neraka?, meskipun aku belum tentu masuk surga, namun amit-amit beli kaveling neraka, buat apa? Sinting kamu Iblis," sumpah serapah Hoja kepada Iblis.

"Surga sudah dikapling-kapling Hoja, kamu gak bakal kebagian, makanya aku menawarkan kavling neraka untuk kamu jual, sapa tau gak kebagian Surga, kan bisa tinggal di neraka, bumi dan alam raya sudah hancur Hoja ketika kiamat, mau tinggal dimana kalau surga sudah habis dikaveling?," ujar Iblis.

"Hai Iblis, siapa yang mengkaveling-kaveling surga, atas dasar apa mereka mengkaveling surga, sungguh kamu memang edan Iblis!" Ujar Hoja.

"Tidak kah kamu suka mendengar, satu kelompok di masyarakat yang suka berbicara dan berkata KAFIR?, kalau mereka bicara, mudah sekali kata kafir, haram, ahli neraka keluar dari bibir mereka, yang tidak setuju atau tidak sealiran dengan mereka, nah merekalah yang mengkaveling surga, mereka anggap kelompok mereka sebagai pewaris surga, makanya aku ada ide bisnis menjual kaveling neraka, nanti kalau laku, uangnya untuk kamu saja Hoja!" Jawab Iblis.

"Ogah amat ikutan bisnis sama Iblis, pasti itu bisnis penuh tipu daya, aku tak butuh bisnismu!" Ujar Hoja.

"Surga itu diperuntukkan untuk manusia yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu yang dijanjikan surga, mana bisa orang mengkaveling surga!" lanjut Hoja.

"Lha faktanya, ada lho yang mengaku pasti masuk surga, fakta itu!, dasar Hoja bodoh, ditawari bisnis nggak mau, padahal bisa untung besar, daripada daganganmu gak laku-laku, mending gabung  bisnisku pasti untung !" Ujar Iblis gusar.

" Untung gundulmu, sudah sana pergi, aku mau tidur," Hoja ambil posisi wuenak untuk melanjutkan tidur-tidurannya, dan pergilah Iblis.

______________________

Aku menyembah Allah

Lantaran mengharap ridha-Nya

Nikmat dan anugerah yang diberikan-Nya

Sudah cukup menggerakkan hatiku

Untuk menyembah-Mu ...*

 

...* dikutip dari Syair Rabiatul Adawiyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun