Sakit adalah takdir, begitu juga sehat, menghubungkan sakit dengan hal-hal supranatural atau hal lainnya adalah masalah yang bisa diperdebatkan, meskipun sudah sembuh, perdebatan kenapa sakit akan terus dibicarakan, Namun kadang sakit bisa jadi jalan kebaikan.
Tersiar kabar Wak Oding sakit, berita itu terdengar di warung Bu Mimin. "Rasain tuh Wak Oding, Sakit deh die, lagian sih, hatinya penuh dendam sama Pak Kades, ade aja perkara yang dia bikin, sekarang mungkin die stress jadi sakit deh, syukurin sakit." itu ucapan Bu Mimin, begitu mendengar sakitnya Wak Oding.
"Hush Bu Mimin, ulah kitu, jangan gitu, orang sakit mah didoain sembuh, dikunjungin biar seneng, ini kok malah disyukurin begitu Bu Mimin." ujar Hoja mendengar umpatan Bu Mimin.
"Biar aja, biar dia rasa, jadi orang tuh jangan jahat gitu kenapah!" masih sewot ternyata Bu Mimin.
Hoja baru saja ingin menjawab ucapan Bu Mimin, namun, tiba-tiba Pak Kades muncul di warung Bu Mimin.
"Asalamualaikum, sampurasun, apa kabar Bu Mimin dan Hoja," salam Pak Kades.
"Waalaikumsalam Pak Kades," jawab Bu Mimin dan Hoja berbarengan.
"Begini Bu Mimin dan Hoja, saya mendengar Wak Oding sakit, saya ingin mengunjunginya, tapi saya punya masalah, bagaimana mengunjunginya, tau sendirikan sikap Wak Oding ke saya gimana? ujar Pak Kades.
"Lha, gak usah Pak Kades, biarin aja dia sakit, lagi kena azab tuh orang ,Pak Kades mah gak wajib ngunjungin dia, apalagi Pak Kades sering dijahilin dia," Bu Mimin masih saja dengan sikapnya.
"Jangan gitu ah, Bu Mimin ini, kesel kok dipiara, ada apa sih, kok segitunya sewot sama Wak Oding?" Â tanya Hoja.
"Dia pernah utang diwarung saya, bilangnya kalau kepilih lagi, dilunasin utangnya, karena gagal, ngeles deh dia, gak bayar utang ke saya. Ampir bangkrut saya, Untung ada Pak Kades, saya dapet pijaman dari Koperasi Desa, kalau gak, tutup deh warung saya!" ujar Bu Mimin berapi-api.
"Nahhhh," Teriak Hoja,"Saya dapat ide, begini Pak Kades, saya ada utang sama Wak Oding, Rp. 50.000,- , nah, itu alasan Pak Kades mengunjungi Wak Oding, dia kalau soal uang dan hutang, meski sakit pasti pasti akan ingat."Â
"Begitu ya Hoja, baik saya akan kesana dengan alasan bayar hutang kamu, semoga cara pura-pura ini akan buat beliau mau bertemu dengan saya, doakan, agar urusan ini lancar ya Hoja, Bu Mimin, saya pamit, Asalamualaikum." dan berangkatlah Pak Kades ke rumah Wak Hoja.
Sesuai rencana, awalnya Wak Oding enggan menemui Pak Kades, namun mendengar Pak Kades datang untuk bayar hutang Hoja, mau juga Wak Oding menemui Pak Kades.
"Ni saya keluar karena ada yang mau bayar utang ya, emang tu Hoja kurang ajar, bayar utang nyuruh situ, mau aja situ disuruh-suruh Hoja, orang susah dia!",ujar Wak Oding.
"Tidak apa-apa Pak Oding, saya kan pelayan warga, kalau bisa saya bantu ya saya bantu, sekalian saya juga menengok Pak Oding yang katanya sedang tidak enak badan, semoga lekas sembuh ya Pak Oding," ucap Pak Kades, dan bersalamanlah mereka. Salaman yang sayang tidak bisa diabadikan, baru kali ini mereka bertemu setelah pilkades tahun lalu.
Semua indah pada waktunya, dengan sakit Wak Oding, terciptalah salaman itu, dan lunaslah hutang Hoja, minimal hutang ke Wak Oding, Hutang Hoja ke Pak Kades, belum ada omongan, jadi belum bisa dibilang hutang.
Mendengar Pak Kades bersalaman dengan Wak Oding, banyak warga desa mengapresiasi peristiwa itu, sebab aja juga kejadian ada yang diajak salaman tapi dicuekin, dihalangin, sakitnya tuh disini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H