"Dialah yang harus dimintai pertanggungjawaban. Aku ditakdirkan seperti ini, kau ditakdirkan seperti itu. Semua telah diatur dalam suratan takdir. Manusia diciptakan Tuhan dan Tuhanlah yang kemudian mengendalikan kita dengan kekuasaanNya yang tak terbatas. Sepatutnya kita tak saling menyalahkan". Kata si EDSANTOL berada dipihak sosok misterius.
"Terlalu naïf cara berfikir kalian, Tuhan memang menciptakan kita. Kita dibekali akal, pikiran dan ajaran-ajaran yang terkumpul dalam kitab-kitab suci. Itulah pedoman dan petunjuk kita untuk menentukan mana yang salah dan mana yang benar". kata Kakak ARAB KERE berada di belakang si pembela zionis
Keempatnya mendadak menjadi sekumpulan orang yang sangat ahli berfilsafat.
Matahari mulai menyusuri jalan untuk tenggelam. Keempatnya masih terus berdebat. Mencari siapa, apa, mengapa dan bagaimana yang salah. Bukan mencari siapa, apa, mengapa dan bagaimana seharusnya.
Sang bendera yang lusuh: Merah telah pudar, putihnya telah menguning. Masih terus berkibar.
Keadaan semakin kacau, sedang mereka - yang mengaku mewakili kaumnya semakin larut dalam debat kusir, menjemukan!.
Di ujung tiang, sang bendera masih terus berkibar; merahnya semakin pudar, putihnya semakin menguning dan semakin lusuh. Siapa peduli!?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H