Mohon tunggu...
Pencari Kebenaran Agama
Pencari Kebenaran Agama Mohon Tunggu... -

saya menyukai paham zionis ttapi bukan berarti saya zionis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Debat Kusir Edsanto, Arab Kere dan Pembela Zionis

18 Juni 2012   07:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Bukan engkau BARAB KERE, sebab engkau begitu mulia. Jangan tanggung dosa yang tak pernah kakek perbuat. Si Edsantol TKI keji inilah yang bertanggung jawab atas semuanya. Tak pernah memberikan keteladanan bagi kami pemuda!" Si Pembela Zionis mencoba menenangkan si kakek Arab Kere yang baru beberapa detik saja dikenalnya itu.

"Dasar bedebah kecil kurang ajar! Masih saja kau salahkan aku. Lihatlah dirimu! Begitu hina, dan tak pantas kau berbicara kepadaku. Aku orang terhormat!. Kau Arab kere yang sudah tua! Tahu apa kau tentang masalah ini. Hardik si EDSANTOL.

Tangis si kakek ARAB KERE meledak tak terbendung lagi. Si Pembela Zinos terpaku cemas, sedangkan si EDSANTOL kebingungan. Seketika hati keduanya menjadi cair, luluh oleh airmata seorang kakek tua (ARAB KERE). Tak ada lagi ketegangan, masalah kemudian tertuju pada kakek tua yang terus menangis terisak.

Awan kemudian bersikap baik, meneduhkan cuaca dengan menutupi sinar matahari yang begitu garang. Untuk sementara keadaan menjadi teduh. Kesempatan ini digunakan oleh kedua lelaki itu menyeka butiran keringat di wajah mereka, serta sedikit mengendurkan urat-urat syaraf yang telah lama menegang.

"Kita sama. Makhluk yang memiliki akal dan pikiran. Walau terkadang perasaan lebih banyak menguasai akal dan pikiranku. Aku punya hak! Untuk berbicara, membela, tertawa, menangis, menceramahi, melindungi dan memutuskan suatu perkara!" rentetan kata itu keluar dari kakek ARAB KERE.
Kedua lelaki itu sedikit terkejut. Kakek ARAB KERE memandangi keduanya dengan tatapan penuh dendam, penuh amarah yang ingin segera ditumpahkan. Dia merasa direndahkan.

"Tuhan. Tuhanlah yang harus dipersalahkan atas kejadian ini semua." Kata sosok yang berada di belakang ARAB KERE tiba-tiba.

Awan telah lewat, kembali sinar matahari menghujani sekujur tubuh mereka dengan ketajaman sinar yang meyengat. Angin yang berhembus kencang justru membuat cuaca semakin panas. Bendera itu masih berkibar. Debu pasir hilir-mudik; nempel di sekujur tubuh si Pembela Zionis yang telanjang dan terselip pada jubah sosok yang berada di belakang kakek ARAB KERE.

Misterius. Suaranya berat. Tubuhnya tegap, tinggi besar. Wajahnya tertutup cadar hitam. Begitu juga tubuhnya yang tertutup kain serba hitam Hanya matanya yang terbelalak dengan sedikit guratan-guratan merah.

"Karena Tuhanlah yang menakdirkan ini semua terjadi. Semua terjadi atas kehendakNya. Karena Dia Maha Kuasa," kata sosok itu lagi.

"Tuhan?" kata ketiganya hampir bersamaan dengan suara yang lirih.

"Tak mungkin Tuhan, sebab Dia Maha Pemurah, tak mungkin Dia setega itu mempermainkan kita sebegini menderitanya. Tuhan telah megaruniakan kekayaan alam yang melimpah, kita pun diberi akal dan pikiran untuk mengelolanya. Sebab kita adalah makhluk yang manyalahi aturan, karenanya negara ini menjadi seperti ini". Si Pembela Zionis tak setuju dengan Sosok Misterius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun