Mohon tunggu...
Hoey Beng
Hoey Beng Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Shrinkflation Penyebab Produk Favorit Anda Menyusut, Bagaimana Menghadapinya?

9 Agustus 2022   05:30 Diperbarui: 9 Agustus 2022   05:49 847
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulang dari supermarket saya langsung membuka bungkusan coklat favorit. Saya kaget isinya berkurang dratis. Setelah diperiksa dua kali  saya memastikan tidak salah beli  produk . Saya membeli produk yang sama, harganya juga sama.

Skrinkflation. Kata ini muncul dalam pikiran saya mengapa ukuran produk berkurang. Saya telah menemukan jawabannya.

Apa itu shrinkflation?

Istilah Shrinkflation pertama kali diperkenalkan oleh ekonom Inggris bernama Pippa Malmgren. Shrinkflation merupakan gabungan dari dua kata terpisah yaitu: shrink (menyusut) dan inflation (inflasi). Shrinkflatation adalah suatu tindakan dimana ukuran produk dikecilkan namun harganya tetap  sama. Dengan kata lain  harga produk telah naik berdasarkan berat per unit . 

Hal ini terjadi karena biaya produksi barang mengalami kenaikan secara keseluruhan. Bisa dikatakan shrinkflation merupakan suatu inflasi yang tersembunyi karena terjadi tanpa disadari konsumen.

Kembali ke coklat  yang saya dibeli , ukuran coklat berkurang namun  harganya tetap sama, tidak lebih murah. Selain makanan,  Shrinkflation juga terjadi pada produk lain dan barang kebutuhan sehari-hari. Jadi dalam bahasa sederhana shrinkflation adalah kondisi harga yang sama dengan barang yang sama tetapi kuantitas berkurang.

Mengapa terjadi shrinkflation ?

Misalnya kita membeli coklat dengan berat 120 gram  seharga Rp 30.000. Untuk memproduksi coklat perusahaan membeli semua bahan baku seperti biji coklat, susu  dan lainnya. Semua bahan baku melewati serangkaian proses produksi sampai produk siap dikemas. Kemudian produk dikirim ke supermarket tempat kita  membeli barang.

Ada lima hal yang membuat  produk siap dijual di pasar. Pertama, kita perlu membeli bahan baku. Kedua, kita butuh peralatan pabrik untuk proses produksi. Ketiga, tenaga kerja. Keempat,biaya pengepakan serta terakhir biaya logistik .

Jadi  Rp. 30.000 yang kita bayar untuk 120 gram coklat pada dasarnya merupakan total dari semua biaya di atas.

Kita asumsikan harga bahan baku naik dikarenakan bahan baku sulit diperoleh  karena kondisi pandemi covid serta adanya perang Rusia–Ukraina. Jadi, perusahaan menghadapi tantangan berat untuk tetap mempertahankan berat yang sama 120 gram coklat pada harga Rp 30.000. Harga tersebut tidak bisa memberikan keuntungan lagi.

Dalam kasus ini perusahaan dihadapkan dua pilihan. Pertama menaikan harga produk dengan tetap mempertahankan kuantitas yang sama. Yang kedua mempertahankan harga jual yang sama tetapi mengurangi kuantitas suatu produk.

Misalnya perusahaan memilih untuk menaikan harga produk.Kenaikan ini akan mempengaruhi pilihan konsumen.  Kemungkinan konsumen akan memilih produk lain sebagai pengganti dengan harga yang sama.  

Jadi perusahaan lebih memilih opsi kedua. Yaitu dengan mengurangi kuantitas daripada harga naik. Dengan cara ini kita  membayar Rp 30.000 untuk 110 gram bukan 120 gram. Umumnya pengurangan ini tidak segera disadari konsumen. Hal ini dikarenakan mereka lebih fokus pada harga.

Penyebab Shrinkflation

Ada banyak aspek yang menyebabkan terjadinya shrinkflation. Yang utama adalah kenaikan biaya produksi. Seperti penjelasan  sebelumnya, jika harga bahan mentah naik, kuantitas produk akan dikurangi. 

Alasan kedua karena persaingan antar supermarket terjadi sangat ketat. Untuk mempertahankan konsumen,  diupayakan tidak ada kenaikan harga. Perusahaan memilih menggunakan skrinkflatation.

Mengapa kita tidak menyadari ukuran atau berat produk telah menyusut?

Perusahaan biasanya merubah secara total kemasan produk. Diameter, lebar dan panjang kemasan berbeda dengan kemasan lama.

Klaus Wertenbroch , Marketing Professor dari INSEAD mengatakan ketika ada perubahan kemasan dalam bentuk multi dimensi, konsumen sudah tidak dapat  melacak ukuran sebenarnya. Semakin banyak yang dirubah, semakin susah untuk dilacak.

Kiat  mengalahkan  Shrinkflation

Sayangnya shrinkflation tidak dapat kita kalahkan. Tetapi ada beberapa tips yang dapat dipakai agar kita dapat menghemat belanja kebutuhan sehari-hari.

Buat daftar belanja dan cek harga barang 

Prioritas membeli barang  yang dibutuhkan. Cek harga pada masing- masing web supermarket atau lembaran promosi produk

Beli produk Family Pack

Biasanya produk untuk keluarga harganya lebih murah daripada membeli dalam jumlah yang lebih sedikit.

Selalu hitung harga per unit produk

Misalnya  ada produk biskuit yang sama dan  mempunyai pilihan berat yang berbeda.  Berat 700 gram harganya Rp 57.000 dan berat 300 gram seharga Rp 29.500. Mari kita hitung. Harga per 100 gram produk pertama sebesar Rp 8.142. Harga per 100 gram produk kedua Rp 9.833.  Jadi membeli produk 700 gram lebih menguntungkan.

Beli produk Private Label

Biasanya produk  private label lebih murah karena tidak perlu biaya marketing dan promosi.

Membayar melalui Dompet Digital

Dompet digital sering memberikan potongan harga  yang lumayan dalam waktu tertentu.

Jadi kita tidak bisa menghindar  shrinkflation, tetapi kita bisa belanja dengan cara lebih cermat dan cerdas. Setiap rupiah yang dikeluarkan perlu kita perhitungkan untuk mendapatkan harga yang terbaik.

Selamat berbelanja

Referensi

https://www.youtube.com/watch?v=1hsUH3p3xQc

https://www.kompas.com/global/read/2022/06/09/223100770/fenomena-shrinkflation-produk-lebih-sedikit-tetapi-harga-tetap?page=all

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun