Kondisi ini dipicu juga dengan kendala bahasa. Walaupun saya dan istri selalu membiasakan berbahasa Indonesia dengan anak, namun tetap saja bahasa juga menjadi kendala. Karena yang digunakan dalam percakapan sehari-hari adalah bahasa informal, sementara bahasa yang digunakan dalam buku-buku pelajaran adalah bahasa baku.
Saya bersyukur sistem di sekolah sangat mendukung, terutama dalam proses adaptasi yang tidak mudah dilalui anak saya. Setelah anak saya menumpahkan keluh kesahnya, saya dan istri langsung memutuskan untuk menemui wali kelasnya dan menyampaikan kondisi yang dialami anak kami. Tentu saja kami tidak meminta anak kami mendapat perlakuan istimewa, tapi dalam masa transisi dan adaptasi ini dukungan dari para guru terutama wali kelas, pastinya akan sangat membantu anak kami lebih cepat menyesuaikan diri.
Menjadi bagian dari keluarga diplomat tentunya memberi warna dan dinamika tersendiri. Yang selalu orang bayangkan adalah enaknya tinggal di luar negeri, berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain, hingga dapat mengunjungi tempat-tempat yang menjadi icon dunia. Tapi, tentunya cerita kehidupan di belakang layar tidak selalu mulus dan seindah di depan layar.
Salam!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H