Jika ada suatu tempat di dunia ini yang menggambarkan 'pintu menuju surga', menurut saya tempat itu ada di Lauterbrunnen, Swiss. Saya percaya banyak tempat yang menyuguhkan keindahan alam, apalagi di Indonesia yang begitu kaya akan wisata alamnya. Namun, ketika Tuhan mengijinkan saya untuk dapat menginjakkan kaki di Lauterbrunnen, seketika saya langsung merasa takjub akan kebesaran Tuhan dalam menciptakan Lauterbrunnen, seolah Tuhan sedang tersenyum kala itu dan berkata inilah 'pintu menuju surga'.
Jika Anda adalah orang yang religius, sejauh mata memandang Anda akan menyaksikan kebesaran Tuhan yang pastinya akan meningkatkan dan mengokohkan ketakwaan Anda pada Tuhan. Jika Anda seorang yang puitis, Lauterbrunnen merupakan tempat yang akan memberikan Anda banyak inspirasi dan cerita untuk dibagikan. Dan yang paling utama tentunya bagi Anda penggila fotografi dan pemburu objek-objek yang instagramable, Lauterbrunnen seolah menyajikan hamparan objek foto yang tidak akan habis. Semua titik di Lauterbrunnen adalah objek foto yang sangat menarik.
Perjalanan saya ke Lauterbrunnen terjadi beberapa waktu lalu sebelum semua negara-negara Eropa menutup perbatasannya akibat pandemi covid-19. Saya yang saat ini bermukim di Ceko, memilih untuk menggunakan jalur darat dengan menyewa mobil menuju Swiss. Perjalanan dilakukan di penghujung musim panas, namun saat itu Swiss digelayuti awan mendung hingga hujan dengan intensitas cukup deras. Beruntungnya saya, seolah Tuhan membuka jalan untuk menikmati Lauterbrunnen, ketika saya menginjakkan kaki di Lauterbrunen diberikan udara yang cerah dengan sinar matahari yang hangat.
Lauterbrunnen merupakan sebuah desa kecil di lembah Lauterbrunnen yang masuk dalam wilayah kota tua Bern dan berjarak sekitar 70 kilometer dari Bern ibukota Swiss. Lauterbrunnen terletak di puncak Jungfrau yang merupakan nama salah satu puncak tertinggi di pegunungan Alpen. Karena keindahannya Lauterbrunnen dinobatkan sebagai desa terindah di Eropa, dan pada tahun 2001 Lauterbrunnen dan kawasan sekitarnya masuk dalam daftar salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO.
Walaupun ketika mengunjungi Lauterbrunnen masih dalam musim panas, namun keindahan dan kecantikan Lauterbrunen seolah tak mengenal musim. Hembusan angin yang melintasi pegunungan memberikan kesejukan yang membawa rasa damai sembari menikmati hamparan rerumputan yang hijau. Hijaunya rerumputan berpadu dengan kokohnya pegunungan seolah bercumbu dengan birunya awan dan sinar matahari yang memunculkan Lauterbrunnen bak lukisan Sang Maha Kuasa.
Pribadi
Salah satu spot menarik ketika Anda menginjakkan kaki di Lautebrunnen adalah air terjun Staubbach atau Staubbach Falls. Air terjun ini merupakan air terjun tertinggi ketiga di Swiss. Saya sepertinya datang di waktu yang tepat. Karena saat musim panas, air terjun tersebut menyemburkan air ke segala penjuru seperti debu yang beterbangan. Tidak heran jika masyarakat setempat menyebut air terjun tersebut dengan kata staub atau debu. Semburan air terjun Staubbach memberikan sensasi tersendiri sembari menikmati hamparan rumput dan birunya langit.
Terjun Staubbach dari kejauhan (Foto Dok. Pribadi)
Tidak banyak wisatawan yang datang saat itu, padahal jika tidak dalam kondisi pandemi covid, Lauterbrunnen merupakan salah satu destinasi wajib bagi turis yang datang ke Swiss. Sekiranya pun banyak wisatawan saya tidak ambil pusing, karena Lauterbrunnen seolah menghipnotis saya untuk menikmati saja keindahannya dan tidak mempedulikan keadaan sekitar. Tengok saja sapi-sapi yang dengan tenangnya melahap rerumputan yang hijau, juga tidak peduli akan kehadiran manusia yang datang dan mengabadikannya.
dan sapi-sapi (Foto Dok. Pribadi)
Menjelajahi Lauterbrunnen akan membuat Anda lupa waktu. Anda akan dibuat melangkah ke segala penjuru untuk mengagumi keindahannya. Pastinya Anda tidak akan kecewa pernah menginjakkan kaki di Lauterbrunnen. Hamparan savana yang luas, gemericik dan semburan air terjun, kokohnya pegunungan, rumah-rumah penduduk dengan arsitektur tua hingga sapi-sapi yang melahap hijaunya rerumputan, menjadi satu kesatuan dalam menghadirkan pengalaman sangat berkesan yang akan Anda ingat seumur hidup dan belum tentu Anda dapat temukan di tempat lain.
Membayangkan Lauterbrunnen telah ada sejak ribuan tahun lalu, membuat saya tersadar bagaimana Tuhan menjaga 'aset-Nya' sedemikian rupa hingga keindahannya tak lekang dimakan jaman. Manusia datang silih berganti menghuni dan mengunjungi Lauterbrunnen, namun keasliannya tetap terjaga. Tuhan punya cara-Nya sendiri untuk menjauhkan tangan-tangan usil yang tidak bertanggung jawab untuk melindungi keindahan Lauterbrunnen.
Dok. Pribadi
Berada di Lauterbrunnen akan membuat manusia menjadi kecil. Kecil karena begitu besarnya keindahan yang Tuhan berikan melalui keberadaan Lauterbrunnen. Keindahan yang seolah menjadi refleksi bagi diri masing-masing untuk selalu mensyukuri nikmat dan karunia yang Tuhan berikan.
Jikalau Tuhan menghadirkan surga di dunia ini, maka pintu masuknya ada di Lauterbrunnen. Karena berada di Lauterbrunnen seolah kita tidak sedang berada di bumi.
Salam dari Praha. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H