Di sebuah kesempatan pillow talk istri saya mengatakan bahwa mengasuh anak sejatinya adalah mendidik diri kita sendiri. Saya yang sebenarnya sudah mulai ngantuk malam itu, kembali memperbarui posisi rebahan dengan meninggikan bantal. Saya sedikit merespon sebagai tanda bahwa ada hal yang ingin saya dengarkan lebih lanjut dari apa yang istri saya sampaikan yaitu menyoal pendidikan parenting yang penting bagi orangtua bukan hanya fokus pada anak.
"Menjadi orangtua adalah pembelajaran seumur hidup. Pelajaran yang diperoleh bukan hanya dari buku bacaan saat duduk di bangku sekolah, kuliah S1 sampai S2 yang telah dijalani, akan tetapi juga dari pengalaman, baik pengalaman diri sendiri maupun orang lain." Ujarnya cukup panjang, yang membuat  saya seketika mengurungkan niat untuk tidur cepat malam itu.
Untuk kesekian kali saya disadarkan akan satu kewajiban besar yang tak terelakkan, yaitu belajar menjadi orangtua yang baik. Mungkin saja saya kadang terlena dan merasa telah memiliki bekal cukup dengan tumpukan buku yang sudah saya baca. Atau sesekali merasa cukup karena telah belajar ilmu parenting bahkan dari sebelum memutuskan untuk menikah.
Akan tetapi, setelah mempunyai anak, kesadaran saya kembali terbangun, bahwa menjalani kehidupan sebagai orangtua itu sendiri adalah pembelajaran yang tak mengenal kata cukup. Seberapa pun lamanya waktu yang telah kita jalani, seberapa banyak nilai materi yang telah kita investasikan, semua itu tak akan pernah cukup.
Orangtua dan Anak Saling Bertumbuh
Sebuah potongan kutipan dari Joice Maynard mengatakan "Â It's not only children who grow. Parents do too." Ya, Bukan hanya anak-anak kita yang bertumbuh, kita sebagai orangtua juga harus begitu. Oleh karenanya kenapa dalam kegiatan pengasuhan anak itu disebut proses pembelajaran bagi keduanya. Seorang anak belajar dari orangtua, juga sebaliknya.Â
Setiap anak membutuhkan bimbingan dari orangtuanya untuk tumbuh, berkembang, dan berpengetahuan. Anak belajar banyak hal dari keteladanan yang orangtua berikan.Â
Ada insight yang tertangkap oleh mereka dari setiap perilaku orangtua dalam pengasuhan. Seperti perilaku sederhana semisal membacakan cerita, mengajari mereka menemukan cara mengucapkan kata-kata pertamanya, saat kita berkenan menjadi pegangan tangannya ketika dia mulai belajar untuk melangkah, atau ketika kita memperlihatkan kepadanya bagaimana duduk dengan baik, bagaimana berbicara yang sopan, dan hal sederhana lainnya.
Begitupun sebaliknya, setiap orangtua dapat mengambil pelajaran dari interaksi dengan anaknya. Pernahkah kita menyadari bahwa anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa besar yang membuat mereka bertanya akan banyak hal? Mungkin orangtua kadang merasa dibuat gusar oleh tingkah mereka, padahal dari kondisi semacam itulah kesempatan orangtua untuk belajar dan mendapatkan pengetahuan baru.
Dari rasa keingintahuan yang besar dan pertanyaan-pertanyaan polos mereka, kita para orangtua kadang dipaksa berfikir untuk menjawab pertanyaan yang terkadang jawabannya tidak kita temukan di balik tempurung kepala kecil nan terbatas ini. Di situlah ada kondisi kita dipaksa belajar oleh mereka. Kita menyadari bahwa seringkali kita luput akan banyak hal yang ternyata diminati dan dibutuhkan oleh anak-anak kita.
Seringkali orangtua beranggapan bahwa ilmu dan teori pengasuhan yang mereka pelajari adalah cara terbaik untuk diterapkan kepada anaknya. Akan tetapi kita sering melupakan bahwa setiap anak membutuhkan metode atau cara pengasuhan yang mungkin tak selalu sama. Maka dibutuhkan kecakapan orangtua dalam melihat setiap sisi keistimewaan dari mereka.
Pengasuhan yang Menyenangkan
Dalam mengasuh atau mendidik anak, hal terpenting yang tidak boleh ditinggalkan oleh orangtua adalah memberikan aspek kegembiraan di dalamnya. Karena dunia anak-anak adalah dunia kegembiraan, berbeda dengan kita orang dewasa yang memandang segalanya dengan penuh keseriusan.
Sebagai pendidik orangtua harus tetap menjaga stabilitas emosi dan energi positif saat berinteraksi dengan mereka. Karena setiap kondisi tersebut akan ditangkap oleh mereka. Anak-anak sangat peka terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya.
Lingkungan yang membuatnya senang dan nyaman akan mempermudah proses anak dalam belajar dan menyerap value yang ingin kita tanamkan pada diri mereka.
Orang tua harus memahami, pada dasarnya anak-anak selalu mudah menemukan cara untuk memperoleh kegembiraan dalam belajar ataupun mengenali apa pun yang ingin diketahuinya. Semudah dia untuk takjub terhadap hal yang sering kita anggap kecil, seperti melihat mesin cuci berputar, mendengar gemercik air, atau menjamah putri malu yang tumbuh liar di halaman.
***
Obrolan di atas bantal dengan istri malam itu serasa kuliah parenting bagi saya. Ketika istri saya hendak menyoal Taming Temper Tantrums-nya Michele Borba, saya buru-buru excuse untuk berangkat tidur. Sisa energiku tak lagi cukup untuk melayani kebutuhan bicaranya malam itu. Saya menutup hari dengan bersyukur karena diberikan teman hidup yang tak henti mengingatkan saya untuk terus belajar menjadi orangtua yang baik.
Hanya beberapa menit berselang setelah saya ijin untuk tidur duluan, saya benar-benar sudah pindahan ke alam mimpi. Dan mungkin seperti biasanya, istriku kembali ke ruang sebelah untuk lanjut membaca. Ah, Betapa beruntungnya menjadi saya.
Sebelum mata saya benar-benar terpejam, sempat kulihat anak kecil yang sedang lelap tertidur di samping kami. Dari wajah polos itu saya belajar banyak bagaimana menjadi orangtua. Sedikit saya langitkan doa untuknya, semoga dia bisa menemukan kegembiraan dalam pengasuhan kami, sepasang manusia dewasa yang serba terbatas ini.
Artikel ini pernah diterbitkan di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H