Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Refleksi Ajaran Lia Eden Sebagai Sebuah Pengingat

11 April 2021   18:32 Diperbarui: 11 April 2021   18:47 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam beberapa tulisan, Saya selalu berkata bahwa Lia Eden salah memasuki zaman. Andai saja Lia Eden hidup dan mendeklarasikan ajarannya pada zaman sebelum agama samawi, pasti Lia Eden akan dianggap sebagai nabi, dan ajarannya mempunyai banyak pengikut. Namun sayangnya Lia Eden hidup dan menyebarkan ajarannya di abad 20, pastinya ajaran Lia Eden dianggap sesat dan mendapatkan banyak cacian.

Banyak orang menganggap bahwa Lia Eden adalah orang halu yang mengaku sebagai nabi, utusan Tuhan. Berbagai macam stigma sudah diterima oleh Lia Eden dan pengikutnya, diskriminasi kepada komunitas itu yang akhirnya membuat Lia Eden dan kelompoknya menutup diri dari dunia luar. 

Dalam sebuah wawancara kepada Vice, Lia Eden berkata bahwa dia menolak pengkultusan, karena menurutnya orang yang mengaku dikultuskan adalah orang yang dibenci oleh Tuhan.

Dari satu kasus di atas dapat diketahui bahwa, apa yang beredar selama ini merupakan berita bohong, misunderstanding, disinformasi, atau apapun sebutannya. Inilah pentingnya bagi kita untuk berpikir objektif, sehingga kita tidak mudah untuk ikut-ikutan dengan pendapat umum.

Dalam buku yang Saya baca tentang Siti Jenar, pada tahap mitologis, manusia tidak mau atau tidak berani mempertanyakan hal-hal yang dianggap benar tapi tidak masuk akal. Karena mempertanyakan kepercayaan yang dipegangi oleh masyarakat, sama dengan menggugat keabsahan kepercayaan. 

Sama halnya dengan Saya ketika membahas masalah bab agama dan Tuhan, pernyataan dan pertanyaan Saya yang bertentangan dengan pendapat umum, tentu selalu mendapatkan serangan dari mereka yang beragama.

Perlakuan diskriminatif juga dirasakan oleh Lia Eden, karena membawa ajaran baru yang bertentangan dengan ajaran umum, sehingga banyak ulama menganggap bahwa Lia Eden adalah orang yang tersesat. Anggapan dari ulama itu tentu diikuti oleh pengikutnya, dan pada akhirnya semakin banyak orang bersikap diskriminatif kepada Lia Eden dan kelompoknya.

Sebenarnya, sah-sah saja Lia Eden dan pengikutnya percaya kepada ajaran yang dibawa oleh Lia Eden. Toh, bagi kita sudah jelas bahwa "bagiku agamaku, bagimu agamamu." Dan Saya pun salah satu orang yang menganggap bahwa pemikiran Lia Eden, merupakan pemikiran yang aneh dan tidak masuk akal. 

Namun kembali lagi, pada tahap mitologis manusia cenderung enggan mempertanyakan sesuatu yang dianggap benar tapi tidak masuk akal. Dan Saya pun menolak untuk menghakimi Lia Eden dan kelompoknya, karena memang pada kenyataannya di dunia ini terdapat banyak sekali nabi, agama, dan kitab suci yang terus berkembang seiring kemajuan peradaban.

Toh, masalah surga dan neraka, hari pembalasan, alam barzah, belum ada satu pun manusia yang sanggup untuk membuktikannya. Maka dari itu, bagi Saya, hal-hal yang bersifat metafisika sangat tidak penting untuk diperdebatkan.

Kita semua mempunyai pemikiran, landasan dalam berpikir, kepercayaan, maupun pedoman dalam hidup bermasyarakat. Maka sudah seharusnya kita tidak perlu memikirkan apa yang dipercayai oleh orang lain, namun bertentangan dengan apa yang kita percayai. Toh, kita ini makhluk kecil di tengah universe yang sangat luas, teramat membosankan jika seputar kepercayaan selalu diperdebatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun