Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Adu Domba dengan Mengenal Anger Management

11 Maret 2021   19:30 Diperbarui: 11 Maret 2021   19:44 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kenyataannya perkembangan teknologi informasi saat ini, terutama media sosial tidak hanya membawa dampak baik, tapi juga membawa dampak buruk. 

Perihal dampak buruk ini sering terjadi seperti bullying, tidak terkontrolnya perilaku individu dalam menyikapi sesuatu, dampak kejahatan seperti perdagangan manusia, pembobolan kartu kredit, hingga jual beli data pribadi juga banyak terjadi seiring berkembangnya teknologi informasi.

Satu pertanyaan yang selama ini cukup mengganjal yaitu, kenapa orang-orang di media sosial gampang sekali untuk marah? Mulai dari kasus Dayanan, survey microsoft, hingga yang terbaru soal salah satu warga Korea Selatan.

Saya tidak menyalahkan mereka yang "membela Indonesia", terutama yang menyangkut harga diri masyarakatnya. Yang Saya pertanyakan adalah soal perilaku netizen yang gampang untuk marah, sehingga menimbulkan perilaku bullying yang padahal, akan berimbas pada image ataupun penilaian soal sumber daya manusia kita oleh warga negara lain.

Lagi-lagi di sini Saya berbicara mengenai anger management, di mana seharusnya setiap orang dapat mengontrol kemarahan mereka. Imbas yang paling buruk dari kurangnya mengontrol emosi yaitu, mental kita dapat bermasalah yang akan berimbas juga dengan tindakan untuk melampiaskannya. 

Dan ketika hal buruk sudah terjadi? Yang keluar dari mulut hanyalah permintaan maaf, mengaku khilaf, bla bla bla. Sedangkan yang bersangkutan tidak berani untuk menanggung konsekuensi, misalnya tersangkut pidana dengan pasal UU ITE.

Saya tidak akan menjelaskan apa itu anger management berulang kali, kalian bisa membaca tulisan Saya melalui link ini. Dan kenapa Saya lagi-lagi membahas soal anger management? Karena menurut Saya, jika setiap orang dapat mengontrol emosi/kemarahan, kehidupan akan jauh lebih baik. 

Tidak lagi ada yang namanya pembunuhan, bullying, atau bahkan perang karena pengambilan keputusan yang tidak tepat yang disebabkan kurangnya mengontrol emosi/kemarahan.

Dalam kasus viral yang terbaru, ada seorang warga negara Korea Selatan berkata bahwa orang-orang Korea Selatan lebih tinggi ketimbang orang Indonesia. Dampak dari ucapannya pun membuat netizen Indonesia kembali marah, walau pada kenyataannya kalimat itu sangat bias. 

Mungkin maksudnya postur orang Korea Selatan lebih tinggi dari orang Indonesia, mungkin juga perekonomian mereka lebih tinggi GDP-nya dari negara kita, atau mungkin juga kualitas SDM mereka lebih tinggi dari Indonesia.

Lagian, pernyataan satu orang warga asing tidak akan mempengaruhi hubungan bilateral antar negara, tidak akan membuat warga Korea Selatan yang lain ikut menghina Indonesia, tidak akan membuat perang dunia ketiga terjadi.

Malah sebaliknya, sikap netizen Indonesia yang gampang marah akan menyebabkan semakin terbelakangnya kualitas sumber daya manusia negara kita, akan memunculkan stigma negatif dari penduduk negara lain, bahkan yang lebih parah, bisa saja ada orang luar dengan kepentingannya memanfaatkan orang Indonesia untuk menyerang kompetitornya.

Ada banyak sekali hal yang bisa terjadi jika kita tidak bisa mengontrol emosi/kemarahan, karena dalam probabilitas statistika, variabel kejadian menjadi salah satu variabel yang mempengaruhi kemungkinan. 

Teori soal peluang pertama kali digunakan pada abad ke-17 untuk mengenali gagal dan berhasilnya pada permainan dadu atau kartu. Dan teori ini juga berlaku bagi mereka yang berkepentingan, entah itu yang berkaitan dengan perang dagang atau semacamnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun