Mohon tunggu...
Hara Nirankara
Hara Nirankara Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis Buku | Digital Creator | Member of Lingkar Kajian Kota Pekalongan -Kadang seperti anak kecil-

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seksualitas, Moralitas, dan Fenomena Hubungan Seksual Sebelum Menikah

2 Februari 2021   18:59 Diperbarui: 2 Februari 2021   19:06 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seseorang yang gemar membeli jasa pekerja seks komersial, belum tentu moral mereka rusak. Seseorang yang gemar seks bebas, belum tentu moral mereka rusak. Maka dari itu, mari singkirkan perkara moral dalam urusan seksual umat manusia.

Namun satu hal yang pasti, kondisi sosio-kultural negara inilah yang menyebabkan praktek razia seksualitas masih berlangsung. Indonesia berbeda dengan Amerika Serikat, Inggris, dan juga belanda. Indonesia mempunyai kulturnya sendiri, termasuk dalam urusan seksualitas.

Fenomena hubungan seks sebelum menikah

Banyak pasangan yang terjaring razia merupakan pasangan yang belum menikah, nah, bagaimana dengan fenomena yang demikian? Menurut Saya, fenomena semacam itu disebabkan oleh perkembangan zaman. 

Maka langkah untuk mengakhirinya, yaitu dengan menutup negara ini dari pengaruh luar. Solusi barusan merupakan solusi yang paling ampuh, namun, apakah efektif? Tentunya tidak. Akan ada demonstrasi, akan ada kemunduran dalam peradaban, akan ada banyak sekali reaksi keras atas tertutupnya negara ini dari pengaruh "dunia luar".

Fenomena hubungan seks di luar pernikahan merupakan sebuah siklus kehidupan, yang mau atau tidak, harus kita terima dengan segala konsekuensinya. Kenapa? Karena kehidupan ini mempunyai siklusnya sendiri, yang suatu saat akan mencapai puncaknya.

Nah, ada banyak faktor yang mempengaruhi fenomena hubungan seksual di luar nikah, yang paling utama adalah kebutuhan biologis. Namun jangan salah, ada juga "kebutuhan" yang dipaksa ada karena sebuah tren yang tercipta. Hal ini bisa kita lihat dari tayangan di televisi hingga kemajuan teknologi informasi. Maka dari itu sudah Saya singgung, bahwa hal ini berkaitan dengan siklus kehidupan manusia. Mau atau tidak, kita harus menerimanya.

Ketika kita berbicara mengenai hubungan seksual sebelum menikah, berarti kita sedang berbicara mengenai persepsi. Persepsi seksualitas ini ada dua macam, yaitu persepsi seksualitas positif dan persepsi seksualitas negatif.

Persepsi seksualitas positif adalah sebuah persepsi yang dibangun berdasarkan norma. Mereka yang mempunyai perspektif ini biasanya menganggap hubungan seksual seharusnya dilakukan setelah pernikahan, dan cenderung menjadikan agama sebagai pembatas agar mereka tidak melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan atau di luar pernikahan.

Sedangkan persepsi seksualitas negatif adalah sebuah persepsi yang dibangun berdasarkan tren. Orang-orang yang mempunyai perspektif ini biasanya menjadikan hasrat menguasai sebagai alibi dalam melakukan hubungan seksual sebelum pernikahan atau di luar pernikahan. Contoh, kadang ada orang yang memaksa pasangannya untuk melakukan hubungan seks atas nama cinta. Ada juga orang yang meminta pasangannya untuk melakukan hubungan seks karena dipengaruhi oleh video porno.

Nah, cara menekan fenomena hubungan seks di sebelum pernikahan adalah dengan menanamkan perspektif seksualitas positif, dan itu dilakukan oleh pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, dan juga orangtua sebagai pembimbing moral anak-anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun