Biasanya, para guru melakukan bullying atau intimidasi kepada muridnya karena merasa "berkuasa" di kelas tersebut. Guru ingin menjadi sosok yang sangat dihormati, ditakuti oleh para murid. Padahal esensinya seorang guru adalah sebagai seorang pembimbing, pengajar, dan wakil dari orang tua yang siap mencerdaskan murid-muridnya. Hal itu Saya temui sendiri, ketika ada saja guru yang gila hormat, merasa berkuasa karena ia umurnya jauh lebih tua.
Siapapun bisa menjadi korban, dan juga pelaku. Namun yang sangat disayangkan yaitu, palaku bullying berasal dari guru yang seharusnya mendidik. Hal ini membuat para peneliti kesulitan, untuk menentukan faktor risiko dan cara intervensi. Salah satu hal yang pasti tentang bullying adalah, bahwa korban akan mengalami ketakutan emosional dalam jangka panjang, sebagai akibat dari pengalaman masa lalu mereka.
Dr Randy A. Sansone, seorang profesor di Departemen Psikiatri dan Internal Medicine di Wright State University di Dayton, Ohio, mengatakan, pasca dibully, korban bisa mengembangkan berbagai gejala psikologis serta gejala somatik, beberapa di antaranya bisa bertahan hingga mereka dewasa.Â
Efek psikologis jangka panjang ini sangat mengganggu bagi masyarakat, bahkan peningkatan penembakan di sekolah dalam beberapa dekade terakhir (di Amerika), banyak pelaku penembak dalam insiden ini dilaporkan telah diganggu/bully selama bertahun-tahun sebelum mereka akhirnya hilang kesabaran, dan mengakibatkan dorongan kekerasan pada mereka sendiri. Bullying adalah masalah yang sangat serius, dan tidak bisa lagi dianggap sebagai masalah anak-anak yang harus ditangani di tempat bermain.
Peringatan hari guru tiap tahun, seharusnya bisa dijadikan momen untuk mengevaluasi tenaga pendidik di Indonesia. Namun sayangnya, ketika hari guru sedang berlangsung, banyak masyarakat hingga pejabat negara yang justru mengagung-agungkan sosok guru. Mereka semua lupa, guru hanyalah sebuah profesi, sebuah label yang disematkan kepada mereka sebagai pengajar. Sedangkan kejahatan? Tidak memandang label atau profesi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H